Skip to main content

Satu Tahun Berlalu

         
           7 Juni 2012
Waktu memang berlalu begitu cepat, saya hampir lupa bahwa hari ini tepat satu tahun saya mengabdikan diri menjadi seorang Guru. Guru adalah cita-cita saya sejak dulu. Saya ingin mengabdikan diri saya untuk mendidik putra-putri bangsa menjadi pribadi-pribadi yang unggul. Satu tahun berlalu, sudah banyak cerita-cerita indah kebersamaan saya dengan murid dan rekan sesama Guru. Cerita-cerita itu menjadi sejarah dalam pengabdian saya sebagai seorang Guru dan sejarah dalam hidup saya.
Saya masih mengingat baik saat pertama saya mengajar, saya menjelaskan materi kemudian murid mengatakan bahwa mereka tidak mengerti apa yang saya jelaskan karena saya menjelaskan terlalu cepat dan dengan Bahasa Indonesia yang pas-pasan. Mengapa saya bilang pas-pasan? Karena memang kenyataannya saya belum bisa berbicara Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Saya masih berbicara dengan gaya Bahasa Melayu yang kadang membuat murid senyum-senyum sendiri saat mendengar saya menjelaskan materi pada mereka. Tapi sekarang Bahasa Indonesia saya sudah lebih baik kok J
Pada awal saya mengajar, murid banyak yang mengira bahwa saya berasal dari Negeri Jiran Malaysia karena gaya bicara saya yang seperti Upin dan Ipin. Iya, saya mengakui itu. Pada saat pertama kali bertemu dengan orang baru, kebanyakan mereka mengira saya berasal dari Negeri Jiran. Padahal, saya “Asli Indonesia” dan “Cinta Indonesia”.
Saya juga masih ingat saat pertama kali sampai ke Purwokerto yang baru pertama kali saya kunjungi. Saya menunggu jemputan dari pihak sekolah di Terminal Purwokerto, karena saya sama sekali tidak mempunyai gambaran apa-apa tentang kondisi daerah Purwokerto. Pihak sekolah menempatkan saya di sebuah penginapan sebelum akhirnya rumah yang akan saya tempati siap untuk dihuni. Mungkin kalian juga masih mengingat bahwa saya pernah “Kehilangan Dompet” saat baru beberapa hari di Purwokerto. Saya sudah pernah menceritakan banyak hal tentang keseharian saya sebagai Guru di rumah orange ini. Dan saya mendapatkan panggilan “Pak Guru” pun dari “Ngerumpi”. Ngerumpi menjadi tempat saya berbagi cerita tentang pengabdian saya pada Bangsa ini. J
Satu tahun mengajar di Purwokerto, saya merasa baru kemarin saya mengajar. Semua itu karena saya betul-betul menikmati pengabdian saya sebagai Guru. Saya bahagia Tuhan menempatkan saya di sini, dengan orang-orang yang begitu baik dan peduli, bertemu dengan rekan Guru yang selalu bersedia membimbing saya yang masih baru dalam dunia mengajar agar bisa menjadi lebih baik. Saya menikmati semua pengabdian saya.
Ada banyak alasan yang membuat saya betah mengajar di sini, kedekatan saya dengan murid-murid, keakraban saya dengan rekan sesama Guru, kenal dengan wali murid dan lingkungan yang baik. Semua itu hanya sebagian dari alasan mengapa saya mampu bertahan mengajar di sini.
Tuhan, terimakasih Engkau sudah mempertemukan saya dengan murid-murid yang selalu membuat saya rindu akan mereka, menempatkan saya pada lingkungan yang mengajarkan saya untuk lebih dekat pada-Mu.

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...