Skip to main content

Koloni Milanisti (a novel)

Judul : Koloni Milanisti 
-Sebuah Hidup di Atas Mimpi-
Penulis : Siwi Mars Wijayanti
Penerbit : Leutika Prio
Jml Hal : 317 halaman
Harga : 55 ribu (sudah termasuk ongkir Indonesia)
Pemesanan bisa dilakukan melalui email : 
mars_manuel@yahoo.com

-Kuberitahu satu hal, bila engkau mempunyai impian, maka agar impian itu menjadi nyata engkau harus membelinya dengan kredit sampai lunas dibayar. Karena Tuhan selalu pintar melabel harga setiap ”barang-barang” yang kita inginkan.  Aku selalu berpikir bahwa Ia tidak akan memberikan hal yang kita inginkan dengan cuma-cuma, bukan karena Ia pelit tapi karena ada banyak hal yang jauh lebih bermakna pada proses perjalanan mencapainya, bahkan terkadang lebih penting dari hasil akhir itu sendiri -(Koloni Milanisti)

Mars, seorang perempuan dari kampung kecil ini merasa bersyukur karena pernah terserang penyakit gila, yap, penyakit gila bola. Karena sepakbola itulah yang membuatnya bertemu dengan tiga lelaki rahasia dalam kotaknya, bertemu dengan sahabat-sahabat yang tergabung dalam Koloni Milanisti yakni para penggila AC Milan yang disatukan oleh panji-panji merah hitam Rossonero. Impiannya adalah menjejakkan kaki di negeri nan molek bernama Italia dan berdiri di Stadion San Siro untuk melihat lelaki rahasia dalam kotaknya.

Dan impian adalah magnet, Italia merupakan poros dimana ia terus melangkah, karena tempat itu adalah titik dalam sebuah peta yang telah terpatri dalam pikirannya. Impiannya itu membawanya dalam jalur-jalur hidup penuh petualangan sekaligus pembelajaran hidup dalam proses perwujudannya. Ia merasai persahabatan, cinta, budaya, pizza, kopi, sepakbola dan esensi agama yang membawanya ke dalam pengalaman-pengalaman tak terlupakan. Maka ikutlah bersamanya, menikmati hidup di bawah langit biru Perugia, menyesap orgasmiknya coffelatte, menciumi aroma pizza carbonara, merasakan hembusan angin sore yang dibawa laut Mediterania, serta kegilaaan fans sepakbola dengan segala ceritanya yang mungkin saja akan membuatmu tergelak, tersenyum, tertawa ataupun bahkan menangis.***

Siwi’s book is half way through a novel, a diary and an essay, deep and light at the same time, and -rare thing these days- also  very well written. Through a fresh and honest story telling style, She tells us of her three months in Italy in a joyful, funny and touching way. What impress me the most is how Siwi in only three months was able to catch so many very true aspects of the Italian way of being and culture and not just the usual stereotypes that every one always talks about……  Siwi says what she sees and sees what is there. Coming from such a different culture, going around in the streets of Perugia wearing with pride her jilbab, in this book of hers she has really surpised me with her deep rational and emotional understanding” (Laura Romano)

Buku ini mampu mengusik mimpi-mimpi saya yang sudah lama menguap. Mimpi-mimpi yang dulu kurajut dengan penuh semangat. Buku ini juga kembai mengajarkan saya akan kekuatan mimpi. Kalian bisa membaca buku ini sendiri, dan temukan gejolak yang bergemuruh di dalam dada. Tentang perjuangan hidup, tentang mimpi yang membuat sosok Mars, perempuan penggila bola yang mampu meraih mimpinya dengan penuh perjuangan. Dan juga tentang cinta. Buku yang sangat layak itu dikatakan bagus.  Bagaimana penulis berbagi mimpi dengan pembaca dan membuat pembaca kembali bersemangat dan berani meraih mimpi.

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Malaikat Kecil Itu Bernama Faris

saya dan Faris Ersan Arizona Kenal dengan anak kecil yang ada di foto di atas? Dia adalah Faris, saya yakin, bagi pembaca setia blog saya sudah tidak asing lagi dengan sosok Faris, ada banyak kisahnya yang saya tulis di blog ini. Foto ini adalah satu-satunya foto selfie bareng dia, namun memiliki kesan yang begitu dalam bagi saya. Foto ini diambil sehari sebelum Faris menjalani operasi yang keempat kalinya. Saya tidak bisa menemaninya seperti saat operasi pertama dan kedua. Maaf, ya, fotonya rada burem, maklum, saya belum bisa membeli windows phone ascend W1 dari Smartfren untuk bisa menghasilkan foto selfie yang lebih keren dari ini. Faris adalah satu dari sekian anak yang memiliki hubungan yang begitu erat dengan saya, dimulai dari perkenalan kami ketika saya menjadi wali kelasnya, sampai musibah itu terjadi, saat dimana Faris mengalami kecelakaan, kehilangan sosok Ayah dari hidupnya dan harus mengalami operasi yang berulang kali. Kebersamaan yang tidak pernah kami renc...

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...