Skip to main content

Cinta Damar

Bangunan itu terlihat begitu megah, dengan dekorasi yang indah menawan, berbagai macam lukisan menghiasi dinding-dinding yang ada di ruang utama, berbagai macam tulisan kaligrafi juga menambah kesejukan mata memandangnya, lampu hias yang warna-warni menerangi seluruh penjuru ruangan, di pintu masuk ruang utama, ada tulisan yang berwarna hijau daun dan keemasan.

“Ucaplah salam sebelum masuk”
‘Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh’

Tepat di gagang pintu, ada tulisan kaligrafi berukuran kecil berwarna biru langit,

Bismillahirrahmanirrohim’

Siapapun akan merasa tenang jika memasuki ruang utama itu, ruangan itu cukup luas, ruang utama tersebut merupakan bagian dari bangunan asrama mahasiswa, di ruangan ini lah biasanya mahasiswa melakukan kegiatan bersama, diskusi ilmiah, bedah  buku, rapat dan sebagainya.

Namun, sudah beberapa malam ini, ruangan utama itu berubah fungsi, bukan kegiatan diskusi ilmiah yang dilakukan, bukan juga bedah buku. Akan tetapi ruangan utama sudah disulap sedemikian rupa menjadi tempat menonton pertandingan bola. Setiap malam, suara mahasiswa-mahasiswa penggila bola akan terdengar hingga ke kamar-kamar yang ada di lantai atas. Tidak semua penghuni asrama menyukai bola, salah satunya adalah Damar, dia mahasiswa semester lima jurusan Pendidikan Agama Islam, ini merupakan tahun ketiganya tinggal di asrama, dan dia sudah terbiasa dengan kebisingan teman-temannya ketika menyaksikan pertandingan sepak bola. Dia mencoba untuk memaklumi semua keriuhan suara-suara itu, meski kadang-kadang ia tidak bisa berdamai dengan kebisingan, namun dia tidak pernah mengutarakan semua itu kepada teman-temannya, dan lama-kelamaan dia mulai terbiasa dengan semua itu.

Jarum jam menunjukkan pukul 02.45 dini hari, Damar baru bangun dari tidur, ia tertidur dengan memegang sebuah kitab yang berjudul ‘Syarh Ibnu ‘Aqil’, yang merupakan syarh dari kitab ‘al Fiyah’ karangan Imam Ibn Malik. Ia tertidur saat sedang mempelajari tata bahasa Arab, ia berkeinginan kuat untuk bisa berbahasa Arab dengan baik dan benar, hampir setiap hari dia mencoba untuk berbicara bahasa Arab dengan teman satu kamarnya yang bernama Jihad. Damar dan Jihad sangat akrab, mereka berdua sama-sama dari Jambi, merantau ke Jakarta demi mendapatkan pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan yang ada di kampung halamannya. Kebersamaan keduanya sudah terjadi sejak enam tahun yang lalu, sejak masih sekolah menengah pertama mereka sudah saling mengenal, kemudian masuk ke sekolah menengah atas yang sama, dan sekarang mereka juga masuk ke Universitas yang sama.

Suara riuh dari ruang utama membuat sebagian mahasiswa-mahasiswa yang tinggal di asrama merasa terganggu, susah untuk tidur lelap, apalagi ketika terdengar suara ‘Goal’, sudah bisa dipastikan akan membangunkan sebagian besar penghuni asrama. Berbeda dengan Damar, saat teman-temannya asik berteriak mendukung idola masing-masing, saat teman-temannya meneriakkan “Barcelona”, ‘Real Madrid’, ia mengucapkan takbir ‘Allahu Akbar’. Ia sedang melakukan shalat malam, hanyut dalam sunyinya malam, hanyut dalam bacaan-bacaan shalat yang keluar dari kedua bibirnya.

"Dan pada sebagian malam hari bersalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji" (Al Isra' ayat 79)

 Air matanya menetes ketika sampai pada ayat,
“Fabiayyiaalaairabbikumaa Tukazzibaan”
(Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau ingkari? )

Damar membaca surat ar-Rahman dalam shalatnya, dan setiap kali sampai kepada ayat tersebut, ia menangis, ia tahu akan arti dari ayat tersebut, dan ia sadar diri akan nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, entah dengan apa dia bisa membalas semua nikmat yang telah Ia berikan kepadanya selama hidupnya. Rasanya tidak akan pernah bisa membalas segala kasih sayang yang telah Ia berikan kepadanya. Tersentak dadanya tiap kali membaca ayat itu, dadanya bergemuruh, air matanya menetes membasahi kedua pipinya.

“Seandainya kalian menghitung nikmat Allah, tentu kalian tidak akan mampu” (an-Nahl:18)

Damar masih melaksanakan shalat, meski kebisingan supporter bola yang ada di ruang utama terdengar jelas dari kamarnya, dia tetap berdiri tegak memuji Tuhannya, ia tetap bersujud mengangungkan kuasa-Nya, ia sedang merayu hatinya untuk tetap cinta kepada Tuhannya, ia juga sedang merayu Tuhannya untuk bisa menerima cintanya.

Damar, pemuda yang sering dikatakan tidak gaul, cupu, anak kampung oleh teman-temannya, sedang jatuh cinta kepada yang Maha Cinta, hatinya sedang tidak bisa memikirkan hal lain, hanya ada cinta untuk-Nya yang memenuhi hatinya,  cinta dari yang membolak-balikkan hati manusia. Cintanya kian hari kian mekar, cintanya selalu ia siram dengan kalimat-kalimat tasbih dan senandung aya-ayatNya.

Wahai yang Maha Cinta
Aku ingin Engkau menerima ungkapan cintaku kepada-Mu
Akulah hamba-Mu yang sedang jatuh cinta
Jangan biarkan cinta ini sirna dari hatiku
Izinkan aku memupuk cinta ini dengan mentaati perintah-Mu
dan menjauhi segala larangan-Mu.

Comments

Post a Comment

Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...