Tidak ada tanda-tanda apapun sore ini, seperti biasa, setiap akhir pekan saya menghabiskan waktu untuk beristirahat di rumah, namun sekarang pikiranku sedang terbelah seribu. Ya, pikiranku sedang bercabang seribu.
Cerita bermula dari sini,
Selepas sholat magrib, rencananya saya akan langsung pulang ke rumah dan menyelesaikan tugas sekolah. Dan langkahku terhenti saat seorang Kiyai memanggil namaku dan menjabat tanganku, dia adalah Guruku, banyak hal yang ia berikan dalam hidupku, entah sudah berapa banyak ilmu yang telah ia ajarkan padaku sebagai bekal dalam menjalani hidup ini.
Sang Kiyai berucap salam,
“assalamu’alaikum”
“wa’alaikum salam jawabku sambil menjabat tangannya”
“sudah mau pulang ke rumah ustadz ? , Tanya Kiyai kepadaku “
“iya Kiyai, mau melanjutkan tugas sekolah yang belum selesai”
“bisa minta waktunya sebentar ? “
“bisa kiyai, ada apa ?”
“Mari duduk sebentar, ada yang ingin saya bicarakan “
Saya segera menuruti perintah sang guru, duduk berhadapan dengannya, dan hati saya mulai berdetak kencang tak menentu, ada apa gerangan sang guru memanggil saya dan terlihat begitu serius ingin membicarakan sesuatu.
“ustadz masih sendiri ?”
“iya, jawabku singkat, ada apa memangnya kiyai? “
Kiyai pun memulai ceritanya, saya punya adik perempuan, dulu mondok di salah satu pesantren di Jogja dan menikah dengan kiyainya sendiri, setelah dikaruniai dua orang anak, Kiyai tersebut meninggal dunia dan sekarang anak-anaknya ingin mempunyai seorang ayah, kedua anaknya masih sangat kecil, keduanya masih mengenyam pendidikan di sekolah dasar.
Sang Guru berhenti sejenak, kemudian setelah beberapa saat ia melanjutkan kembali ceritanya sambil menatap wajahku yang sedari tadi tampak kebingungan, dan jujur di hatiku tertulis pertanyaan-pertanyaan yang tidak aku mengerti, apa hubungannya adik perempuannya denganku. Apa aku terlalu polos dengan semua ini ?
Sekarang, ada seorang laki-laki yang mencoba untuk mendekati adik perempuan saya, tapi laki-laki itu bukanlah laki-laki yang sholeh, ia tidak bisa membaca al-Qur’an, sholat, lantas bagaimana dia akan membimbing adik saya yang seorang hafidzhoh, bagaimana ia membimbing kedua putrinya, saya takut ia tidak bisa memikul warisan –warisan itu, warisan seorang istri yang hafizhoh, sholehah, dan warisan kedua anak yang yatim yang masih sangat kecil, saya tidak ingin jika laki-laki itu ingin menikah dengan adikku hanya karena harta yang ia miliki tanpa memperdulikan adik saya beserta kedua putrinya.
“lantas apa hubungannya dengan saya pak kiyai ?”
“kamu masih sendirian ustadz, sholeh, hafizh, dan saya akan sangat bahagia jika kamu bisa menjadi suami dari adik saya dan menjadi ayah dari kedua anak-anaknya, saya yakin uztadz akan mampu menjadi suami yang baik buat adik saya dan menjadi ayah yang baik untuk kedua putri kecilnnya”
“tapi kiyai, dalam waktu dekat saya tidak punya rencana untuk menikah, meski memang Allah yang menentukan kapan saya akan menikah dan saya tidak mempunyai kuasa atas-Nya”
“sholat istikharah dulu ustadz, jawab kiyaiku”
“aku terdiam,,
“masih diam, hingga akhirnya kiyai berkata,
“ apa mau melihat adik saya ?, dia sekarang sedang dalam perjalanan menuju rumah saya, malam ini kami akan ziarah ke makam suaminya”
“entah apa yang terjadi, saya langsung berkata ia”
Setelah sholat isya, saya ikut bersama kiyai ke rumahnya, dan ta’aruf dengan adik perempuannya. Saya jadi heran dengan diri sendiri, dari mana saya bisa mendapatkan keberanian seperti ini, tidak biasanya saya berani seperti ini, Allah memang maha kuasa, ia tahu bahwa proses ta’aruf adalah hal yang baik sehingga Ia memberi saya keberanian untuk bertemu dengan Adik sang kiyai.
Pada saat proses ta’aruf, banyak hal yang dibicarakan, dimulai dari memperkenalkan keluarga masing-masing, perjalanan hidup dan sebagainya. Satu hal yang menyentuh hati saya adalah kegigihan wanita sholehah ini dalam memperjuangkan agama Allah, ia menerima santriwati di rumah untuk menghapal al-Qur’an dan Alhamdulillah sudah ada yang selesai menghapal al-Qur’an melalui bimbingannya. Meski hanya sedikit, namun ia bahagia memulai semua itu dari bawah. Dari mulutnya selalu terucap asma-asma-Nya. Subhanallah, ia memang wanita yang sholehah.
Setelah selesai proses ta’aruf, saya kembali ke rumah dan tidak henti-hentinya menyebut asma-Nya, memohon petunjuk kepada-Nya.
Ya Allah, Engkaulah yang menguasai hatiku,
Berikan aku petunjukmu agar hamba tidak salah dalam mengambil keputusan.
Aku bersimpuh di hadapan-Mu, memuji keagunganmu, dan meminta petunjukmu.
Ya Allah, jika memang ia jodohku, maka aku ikhlas menerima takdirku
Dan jika memang ia bukan jodohku, pertemukan aku dengannya dalam ridho-Mu.
ya...... lanjutkan..... mnurut sy sich dia pasti cocok dan baik buat nte,,,.
ReplyDeleteterimakasih masukannya :)
ReplyDeleteWanita yang menarik menurutku :)
ReplyDeleteJika memang Tuhan menghendaki dia jodohmu maka memang dialah yang terbaik untuk hidupmu pak guru :)
Tapi ya disesuaikan dengan bisikan nurani juga ya udah siap apa belom untuk nikahnya :p hihihi
ah dirimu skrg udah dewasa ya, sudah bisa memberikan nasehat kepada saya , tidak dinyana ha ha. terimakasih atas nasehatnya om :)
ReplyDelete