Purwokerto, 06.11 Pagi
Kuhirup segarnya udara pagi di kota ini, kota yang baru beberapa bulan aku kenal, yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya, bahkan bayangan kota ini pun sama sekali belum pernah terbesit dalam ingatan. Hingga akhirnya aku berlabuh disini, ambil bagian dalam mendidik putra-putri bangsa ini.
Kuhirup segarnya udara pagi di kota ini, kota yang baru beberapa bulan aku kenal, yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya, bahkan bayangan kota ini pun sama sekali belum pernah terbesit dalam ingatan. Hingga akhirnya aku berlabuh disini, ambil bagian dalam mendidik putra-putri bangsa ini.
Purwokerto, kota kecil ini, memang jauh berbeda dari kota yang kutempati sebelumnya yaitu Jakarta. 1 bulan pertama saya masih sulit untuk menyesuaikan diri dengan Purwokerto, kebiasaan saya setiap akhir pekan di Jakarta adalah pergi ke Bioskop, sedangkan disini, memang ada Bioskop tapi film yang diputar bisa dibilang super telat. Tempat nongkrong kesukaanku di Jakarta adalah Ragunan, dan disini saya tidak bisa menemukan hewan-hewan yang telah mengisi relung hatiku selama di Jakarta. Jakarta, meski kadang engkau membuatku sesak dengan kemacetan, sesak, banyaknya masa yang melakukan demo menuntut hak, tapi jujur dari hati yang dalam aku berkata bahwa sesungguhnya aku tidak benar-benar membencimu, buktinya aku masih selalu merindumu dalam tiap hembusan nafasku.
Memasuki bulan kedua, aku mulai bisa akrab dengan lingkungan yang ada, kukayuh sepeda berkeliling kota, menuju tempat-tempat yang kata penduduk sini menarik untuk dilihat, pergi ke beberapa Universitas dan menghabiskan hari dengan membaca buku di perpustakaan umum daerah, kecil memang perpustakaan itu tapi lumayan untuk mengurangi kehausanku akan ilmu pengetahuan.
dan sekarang sudah hampir 4 Bulan saya disini, menghabiskan waktu dengan mengajar, menghabiskan waktu di tengah canda tawa mereka murid-muridku, dan tahukah anda apa yang kurasa ? kebahagiaanku memuncak dan aku ingin mengatakan bahwa tawa kecil mereka, senyum mereka, ucapan salam mereka saat datang ke sekolah, semua itu menambah arti hidup ini.
*
Hari ini, entah apa yang ada dibenakku, kerap kali saya melamun, gambaran Kota Melbourne Australia kembali menghantuiku, apa arti ini semua ? belum relakah aku dengan takdir yang telah Ia berikan untukku ? bukankah aku hanya bisa merencanakan semuanya dengan baik sementara yang menentukan semua itu adalah Kuasanya?
Apa yang ada dalam benakmu ? Australia itu tidak akan pindah , ia tidak akan lari, jika memang Tuhan menghendakiku kembali menginjakkan kaki disana dan belajar disana, maka apapun keadaanku, Ia akan membawamu kesana bersama mimpi-mimpi yang sudah aku tulis dalam lembar demi lembar mimpi. Ini semua hanya masalah waktu saja, tidak seharusnya aku jadikan ini sebagai alasan untuk tidak semangat menjalani hidup. Bahkan aku jatuh sakit hanya karena bayangan-bayangan kota itu selalu menghantui.
Arian, Lupakah dirimu bahwa ada murid-muridmu yang menanti kedatanganmu ?
**
Aku tersenyum sendiri melihat betapa bodohnya aku, bukankah tuhan sudah memberikan mereka (murid-muridku) sebagai permata hatiku saat ini, menggantikan rencana belajarmu yang tertunda. Bukankah belajar itu bisa dimana saja, dan kapan saja, sebari berusaha dan berdoa bahwa Tuhan akan membawaku kesana suatu hari nanti dan kembali menghabiskan waktu di sudut kota Melbourne yang sedari dulu ingin aku kunjungi kembali.
***
Tuhan, engkau tahu apa yang terbaik untuk Hamba-Mu, aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan dengan sebaik mungkin. Aku rela dengan semua rencana yang telah engkau gariskan untukku. Dan aku percaya Engkau selalu ada untukku.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan