Mentari pagi masih belum beranjak pergi, namun Shofiah sudah tampak sibuk memilah-milah setelan gamis mana yang akan ia pakai untuk bertemu dengan keluarga Faiz, hari ini adalah pertemuan keluarga Shofiah dan Faiz sekaligus acara lamaran.
Dag dig dug jantung wanita berkerudung ini sebagai tanda bahwa ia sudah lama menantikan hari ini tiba, sudah sekian lama ia menanti kedatangan seseorang yang akan menjadi imam dalam keluarganya. Ia tidak hanya sekedar mencari seorang suami, namun lebih dari itu, ia mencari sosok yang mampu membimbing ia dalam kehidupan dunia dan akhirat, yang nantinya akan menjadi imam di lembar demi lembar kehidupan.
Faiz, ia pemuda yang pendiam, taat beribadah, dan pemuda yang sangat susah untuk ditebak. Diumurnya yang memasuki angka 28 tahun, rasanya ia sudah mulai siap untuk mengarungi bahtera rumah tangga bersama Shofiah wanita yang baru saja ia kenal.
Faiz dan Shofiah diperkenalkan oleh kedua orang tua masing-masing, dan ternyata keduanya saling memiliki rasa untuk memiliki, sehingga mereka tidak hanya sekedar diperkenalkan, namun lebih dari itu, pertemuan singkat itu sudah mengarah kepada rencana pernikahan. Setelah acara lamaran nanti keduanya akan segera menikah.
Waktu yang dinanti akhirnya tiba, tampak di depan rumah Shofiah keluarga besar Faiz, Faiz tampak gagah mengenakan batik dipadu padan dengan celana dan sepatu berwarna hitam. Kedua orang tuanya pun tampak mendampingi putra tunggal mereka.
Tidak bisa dipungkiri, Faiz pun merasakan dag dig dug yang tak menentu. Orang tua faiz segera memulai pembicaraan dengan mengatakan maksud kedatangan keluarga besar mereka adalah untuk melamar shofiah sebagi calon istri dari Faiz. Suasana tampak hening sejenak sampai akhirnya Shofiah berucap ,
“Shofiah bersedia dilamar oleh mas Faiz dengan 3 Syarat
- Mas faiz membaca bil ghoib (hapalan) Surat Ar Rahman”
- Shofiah tidak ingin resepsi yang megah, cukup acara akad nikah dan makan bersama keluarga saja, tidak perlu adanya panggung megah dsb.
- Mas Faiz berjanji akan membimbing Shofiah agar bisa menjadi seorang Hafidzhoh (orang yang hafal al-Qur’an)
Orang tua Shofiah terlihat senyum dan meneteskan air mata mendengar jawaban putrinya, Faiz terlihat diam sejenak sebelum ia memulai membaca surat Ar Rahman sampai selesai sebagai tanda bahwa ia setuju dengan syarat yang pertama. Setelah selesai membaca surat Ar Rahman, Faiz menundukkan kepala , kemudian mengangkat kembali kepalanya sambil berkata bahwa dia setuju dengan syarat yang kedua dan ketiga.
Suasana tampak riuh mendengar jawaban Faiz, Faiz telah berhasil meminang Shofiah, tidak biasa memang, namun itulah yang Shofiah kagum dari seorang Faiz, selain pemuda yang baik, ternyata faiz juga seorang Hafidzh Al Qur’an dan Shofiah ingin bersama-sama dengan Faiz mengkaji kalam Allah.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan