Skip to main content

Malaikat Kecil


Beberapa menit sebelum keberangkatanku, Winda adikku yang paling kecil masih tertawa dengan lepas, bercanda dengan ponakan saya yang seumuran dengannya. Mereka berdua terlihat asik dengan kesibukan mereka, berlari kesana kemari, tertawa, kejar-kejaran. Wajah itu tampak begitu lugu dan penuh dengan kebahagiaan.

Namun, semua kebahagiaan itu berupa menjadi kesedihan, saat malaikat kecilku ini melihat sebuah Bus besar yang akan membawaku ke negeri seberang. Dia menangis sejadi-jadinya saat menyadari bahwa sudah waktunya saya kembali ke rutinitas semula. Dia memelukku dengan erat seolah tidak ingin terpisah jauh dariku, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, dia hanya menatapku dengan penuh harap agar saya bisa tetap tinggal dan bermain bersama dengannya seperti hari-hari sebelumnya.

Winda, hari ini engkau belum banyak mengerti akan semua yang terjadi, namun suatu saat engkau akan menyadari bahwa kakak pergi untuk kembali. Jika memang sudah waktunya, kakak pasti akan kembali berada disampingmu, bermain bersama di Pantai, nonton TV bareng, makan, tertawa dsb. 

Wahai Malaikat Kecilku, hapus air matamu, jangan engkau habiskan air matamu hanya untuk menangisi kepergian kakak, simpan air matamu untuk menangis di hari-hari dimana air mata itu engkau butuhkan.

07 September 2011

Pukul 06.34 PM, saya sempatkan untuk menelphone Winda, dari ujung telephone terdengar suara seperti menangis, arghhh sudah 2 hari saya pergi masihkan engkau menangis ?

- Winda lagi ngapain ?
- belajar kak, dia begitu semangat menceritakan apa yang ia pelajari di sekolahan. Tadi winda belajar menulis angka dari 1 – sampai 20, ibuk guru juga ngajarin kita nyanyi. Syukurlah ucapku dalam hati, dia sudah mulai bisa ceria kembali meski aku tidak disampingnya, sehari sebelumnya, dia sempat panas tinggi dan terus menyebut namaku.
- Winda bisa nggak nulisnya ?
- bisa….tapi Dimas (ponakan saya) nggak bisa nulis angka 1- 20, dia hanya bisa nulis 1-10 saja.

Saya sudah berniat mengakhiri percakapan karena takut mengganggu dia yang sedang belajar, tapi seketika winda berucap :
kak, kapan pulang ? *aku ke’induan* (adik rindu kakak)*
Saya  tidak berharap mendengar kalimat itu, namun sudah terlanjur kudengar, setelah mengucapkan kalimat itu, malaikat kecilku ini pamit untuk tidur.

Begitulah, hubungan yang terjalin antara saya dan malaikat kecilku ini begitu erat. 

Sayangilah adik kita sebagaimana kita menyayangi diri kita sendiri, terkadang kita gengsi membawa anak kecil bersama kita hanya karena kita masih bujangan, malu dilihat teman-teman sebaya. 

Saya berusaha untuk mengajak Winda kemana pun saya pergi, selagi memang bisa saya bawa. Dari hal-hal kecil yang kita lakukan bersama, terjalinlah ikatan bathin yang kuat antara kami berdua.
*bahasa diatas sudah saya ubah , karena saya menggunakan bahasa daerah Bengkulu saat menelpon Winda*

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Dosen dengan Gelar S2 dan Tantangan Gaji: Antara Investasi Pendidikan dan Realitas Pasar Tenaga Kerja

Pendidikan tinggi adalah tonggak penting dalam pembangunan individu dan masyarakat. Bagi banyak orang, gelar S2 adalah pencapaian yang menandai komitmen mendalam terhadap bidang studi tertentu. Bagi sebagian besar dosen dengan gelar S2, perjalanan akademik ini bukan hanya tentang memperluas pengetahuan mereka sendiri, tetapi juga tentang mempersiapkan diri untuk berkontribusi dalam pengajaran, riset, dan pembangunan intelektual di masyarakat. Namun, ada satu aspek dari karier dosen dengan gelar S2 yang sering kali menjadi sorotan: gaji yang mungkin tidak selalu sejalan dengan tingkat pendidikan mereka. Memahami Konteks Pendidikan Tinggi Sebelum kita memasuki diskusi lebih lanjut, penting untuk memahami konteks pendidikan tinggi saat ini. Pendidikan tinggi di berbagai negara memiliki struktur, kebijakan, dan dinamika pasar tenaga kerja yang unik. Di satu sisi, pendidikan tinggi dianggap sebagai investasi jangka panjang yang dapat membawa keuntungan besar bagi individu dan masyarakat. Di...

Memilih Antara Sekolah Swasta dan Sekolah Negeri: Pertimbangan Orangtua dalam Pendidikan Anak

Pendidikan adalah salah satu aspek paling penting dalam perkembangan anak-anak kita. Sejak dini, kita sebagai orangtua dihadapkan dengan pilihan yang signifikan: memilih antara sekolah swasta dan sekolah negeri untuk anak-anak kita. Keputusan ini seringkali tidak mudah, karena melibatkan banyak faktor yang harus dipertimbangkan secara cermat. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai pertimbangan yang sering menjadi dasar pilihan orangtua, serta analisis mendalam mengenai perbedaan, kelebihan, dan kelemahan dari kedua jenis pendidikan ini. Perbedaan Antara Sekolah Swasta dan Sekolah Negeri Sebelum kita memasuki pembahasan lebih mendalam, ada baiknya untuk memahami secara jelas perbedaan mendasar antara sekolah swasta dan sekolah negeri. 1. Pendanaan dan Kepemilikan: Sekolah Negeri: Didanai dan dioperasikan oleh pemerintah setempat atau pemerintah pusat. Mereka biasanya tidak mengenakan biaya pendidikan (atau mengenakan biaya yang sangat terjangkau) dan didirikan untuk memastik...