Skip to main content

Cerita Mudik Lebaran 1432 H


26 Agustus 2011

Hari ini , saya akan melakukan mudik rutin, setiap tahun saya usahakan untuk bisa berkumpul dengan keluarga besar di kampung halaman nan jauh disana. Bus yang saya tumpangi akan membawa saya ke Jakarta. Purwokerto – Jakarta  tidaklah jauh, hanya memerlukan waktu kurang lebih 10 jam (tentunya itu kalo sedang tidak macet), tapi nampaknya kali ini perjalanan saya menuju Jakarta sedikit memerlukan tenaga ekstra, jam 06.45 pagi saya berangkat dari Purwokerto, dan baru tiba di Jakarta pukul 19.37. 
Saya sengaja memilih untuk istirahat di Jakarta, sekalian bertemu dengan teman-teman zaman kuliah dahulu, setelah puas melepas rindu dengan teman-teman di asrama, saya kembali melanjutkan perjalanan menuju Bengkulu.

28 Agustus 2011

Jam di tangan menunjukkan pukul 05.07 pagi hari, saya segera mencari taxi dan langsung menuju terminal Kali Deres, di tiket yang saya beli tertulis bahwa seluruh penumpang harus sudah berkumpul sebelum jam 08.00. tentunya saya tidak ingin menjadi orang yang terlambat dan tidak jadi mudik bukan ?. tepat pukul 06.49 saya sudah berada di Terminal, check in tiket keberangkatan dan disanalah saya sedikit kecewa karena Bus yang akan saya  tumpangi masih terjebak bersama dengan ratusan kendaraan atau mungkin ribuan kendaraan lainnya di pelabuhan Bakauheni .  


Saya harus menunggu kedatangan Bus dari pukul 08.00 sampai pukul 15.47 , kalau ditanya apakah saya jenuh menunggu ? sudah tentu jawabannya Iya, saya jenuh. Akan tetapi anganku melayang jauh ke kampung halaman dan itu  yang membuat saya tetap semangat menunggu. Meski lelah karena dalam keadaan puasa. Namun akhirnya Bus yang saya tumpangi datang juga.

Ternyata perjuangan saya tidak hanya berhenti sampai disitu, setelah sampai di Pelabuhan Merak Banten, saya juga harus bersabar karena harus menunggu lamanya antrian untuk memasuki kapal, Bus yang saya tumpangi sudah mengantri dari pukul 17.45 , dan baru bisa masuk ke dalam kapal pada pukul  23.07 malam. Kebayangkan betapa lamanya menunggu ? dan kalian semua pasti tahu bahwa menunggu adalah hal yang sangat membosankan. Tapi keinginan untuk bertemu keluarga besar di kampung halaman menjadi penyemangat tersendiri.
Selama di perjalanan, ternyata begitu banyak sekali kendala, dimulai dari AC mobil yang bermasalah, hingga mogok pada saat mendaki jalanan yang terjal. Ini kali pertama saya mengalami perjalanan yang menurut saya lumayan menyita tenaga, biasanya saya memilih jalur udara untuk bisa mudik. Selain karena saya tidak dapat tiket pesawat, nampaknya saya juga ingin merasakan betapa indahnya mudik melalui jalur darat. Biasanya saya juga mudik pada pertengahan puasa, bukan pada akhir Ramadhan yang tentunya puncak  arus mudik lebaran.

29  Agustus – 05 September 2011

Setelah melalui perjalanan mudik yang cukup melelahkan, pertarungan itu bisa kumenangkan meski dengan cucuran keringat. Dari kejauhan sudah kulihat wajah Ibu menanti kedatanganku di pinggir jalan raya, Ibu dan Winda adikku yang paling kecil menyambut kedatanganku, saya kira hanya ada ibunda dan si kecil Winda saja yang menantikan kehadiranku, ternyata Ayahanda sudah menyiapkan Motor untuk mengangkut barang-barang yang saya bawa.

Peluk cium hangat dari kedua orang tuaku membuat lelahnya perjalanan segera hilang, tawa adikku yang paling kecil pun menambah kebahagiannku. 

Selama di Rumah, saya habiskan waktu untuk berkumpul dengan keluarga besar, pergi berkunjung ke rumah saudara-saudara dan saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan Winda. Setiap kali saya mudik, Winda memang tidak ingin jauh dari pelukanku, kemana pun saya pergi, dia akan merengek untuk ikut, dan selagi saya bisa membawanya pergi, saya akan berusaha membawanya ikut serta. Namun tidak untuk malam hari.

Kadang saya harus rela menunggu hingga ia terlelap tidur untuk bisa keluar rumah dan bermain dengan teman-teman. Karena kalo Winda masih melek, dia akan menangis sejadi-jadinya agar bisa ikut.
Saya dan Winda memang begitu dekat, kedekatan kami berdua pun membuat orang lain berpikiran bahwa Winda adalah Anakku, bukan Adikku.

07 September 2011
Dan hari ini, saya sudah kembali ke Purwokerto Banyumas, menyiapkan diri untuk bertemu dengan murid-muridku, dan menyiapkan diri untuk kembali kepada rutinitas mengajar.
Semoga Tahun depan saya masih bisa menikmati perjalanan Mudik Lebaran. Amin

Comments

  1. mudik memang ajaib ya? mau capeknya kyk apa, mau harga tiket mahalnya sungguh di luar batas kesopanan, tetep aja dibela2in.

    maaf lahir batin. sayang banget kemaren gak sempet kopdar :D

    ReplyDelete
  2. semoga msh bisa merasakan indahnya mudik ya mbok..
    Kopdar ? itulah...saya tidak bisa ngambil cuti seenak ati soalnya...di Bengkulu cuma 1 Minggu, langsung balik lagi ke Purwokerto, dan hari ini kembali ke Rutinitas semula. saya juga mhn maaf ya mbok..banyak ngerusuh di Ngerumpi :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat bermalam selama kamu berada di Batu. Saya jamin, tempa

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Seluas Bahasamu, Seluas Itu Pula Duniamu

Bagi yang pernah berpergian ke suatu tempat, dimana bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak bisa dipahami, tentu akan menyadari betapa pentingnya bahasa sebagai alat untuk komunikasi antara satu sama lain. Inilah sebuah keajaiban, dimana masing-masing Negara bahkan daerah memiliki aneka ragam bahasa yang memiliki ciri khas tersendiri. Di Bengkulu terdapat berbagai macam bahasa yang digunakan, masing-masing Kabupaten bahkan memiliki ragam bahasa tersendiri yang tidak semuanya saya pahami. Berbicara di ruang lingkup yang lebih besar, saat pertama kali belajar di tanah Jawa, saya seperti orang asing yang datang dari dunia antah berantah, yang sama sekali tidak paham tentang bahasa yang mereka gunakan, yakni bahasa Jawa. Lantas bagaimana akhirnya saya bisa sedikit mengerti tentang bahasa Jawa? Meski sampai hari ini saya hanya sebatas paham dan tidak bisa mengucapkannya. Adanya kebiasaan mendengar tentu memiliki peran penting di dalam perkembangan kemampuan seseorang di dalam