Kawah Putih yang membuat saya jatuh cinta dengan tempat ini
Hari
keempat di Bandung, saya itu rajin banget. Setelah subuh nggak ada yang namanya
tidur molor lagi hehe, soalnya saya mau pergi ke Kawah Putih yang jauhnya itu
kebangetan kalo dari Bandung kota #lebay.
Jam
5 pagi saya sudah mandi, sudah wangi dan tentunya sudah berpakaian rapi. Jam
5.30 saya langsung pergi menuju kawah putih dengan rute perjalanan yang
Masyaallah jauhnya. Dari penginapan saya harus naek angkot menuju Kalapaà Leuwi Panjang à Ciwideu à Kawah
Putih. Dari gerbang Kawah Putih saya harus naek angkutan wisata “Ontang Anting”
namanya. Keren banget tuh nama angkutannya, padahal menanjaknya nggak sampai
pontang-panting juga.
Narsis dulu :)
Tiket
masuk ke Kawah putih + angkutan Ontang anting Pulang pergi itu harganya 28.000,
jadi saya nggak perlu lagi naik ke atas kawah dengan jalan kaki seperti yang
saya lakukan waktu di tangkuban perahu, meski cuma setengah jalan. Lagian saya
memang nggak ada niat untuk jalan kaki dari gerbang sampai ke pusat kawahnya.
Soalnya, dari gerbang ke pusat kawah itu kurang lebih 6 atau 7 km, jauh kan? Ya
lumayanlah, mana nanjak banget.
Masih pagi banget, tapi pengunjung udah rame
Bagi
kalian yang mau liburan ke Kawah Putih, jadi harus siap-siap masker, karena bau
belerang yang menyengat di pusat kawahnya. Pengunjung juga maksimal hanya 15
menit, lebih dari itu kebanyakan pengunjung udah pada pusing karena bau blerang
dari kawahnya. Saya sih nekad aja, malah lebih dari 15 menit, hampir 30 menitan
kayaknya, ya jangan ditiru. Setelah dari kawah, saya malah pusing + mual gitu.
Meski
perjalanan menuju ke kawah putih itu super jauh kalo dari Bandung kota, tapi
semua itu terbayar kok. Kawahnya emang indah banget. Romantis juga tepatnya,
namun sayang seribu sayang, saya kan pelancong single, jadi ya cuma bisa
menikmati keindahan kawah seorang diri #sabarMenantiJodoh J
Seperti
biasa, kalo jalan-jalan ke suatu tempat tapi nggak punya foto diri sendiri kan
nggak seru, jadi saya minta tolong ke anak-anak SMA dari pesantren ‘Urwatul
Wutsqo Indramayu” yang sedang jalan-jalan ke kawah putih. Ya lumayan, dapat
teman ngobrol plus dapat teman yang bisa dimintai bantuan untuk motret
kenarsisan saya selama di kawah. Nggak cuma saya sih, mereka juga saya bantu
potret, semacam simbiosis mutualisme lah.
Semacam Menanti seseorang :)
Berhubung
saya sudah pusing, akhirnya saya memutuskan untuk langsung menuju shelter
ontang anting, sambil menunggu angkutannya penuh, terjadilah obrolan kacau
balau antara saya dan beberapa orang yang dari Jakarta, pokoknya mereka itu
sukses membuat suasana di dalam ontang anting jadi kayak pertunjukan komedi
haha, ada aja lelucon mereka yang membuat saya tertawa terbahak-bahak.
Penampakan para pelawak di dalam ontang anting :p
Setelah
dari kawah putih, saatnya pergi ke kampung strawberry, dengan tiket masuk hanya
15.000, kalian sudah bisa metik strawberry langsung dari kebunnya. Seru loh.
Kampung strawberry itu banyak kok di sepanjang jalan menuju kawah putih, ada
banyak tulisan yang menjelaskan bahwa pengunjung bisa langsung memetik
strawberry dari kebunnya. Seru.
Masih fresh :)
Terbayar
sudah kelelahan perjalanan saya, saya menikmati keindahan yang disajikan oleh
Tuhan melalui kawah putihnya yang menawan. Kayaknya jika nanti saya sudah
menikah, bakalan ngajak istri saya ke kawah putih haha #khusyuBerdoa.
Saya
sudah berada di penginapan kurang lebih pukul tiga sore, langsung membayar
biaya penginapan, karena malamnya saya sudah harus kembali ke Purwokerto lagi. Oh
iya, jangan aneh melihat muka saya yang keren banget alias berkerak, hitam dan
super gersang ya. Harap maklum, hasil perjalanan saya selama liburan ini
membekas banget di wajah saya yang aslinya super putih ini (ini bohong, emang
dasar wajah saya itu hitam). Ah ya sudahlah, namanya juga sedang belajar
menjadi traveller sejati, jadi ndak usah takut dengan sinar matahari hehe.
Kampung Strawberry
Ada
satu lagi, mungkin ada yang nanya, katanya saya rajin banget makan selama di
Bandung. Yupz, saya rajin banget makan selama di Bandung, tapi saya nggak
mengabadikan semua makanan yang saya cicipi, soalnya waktu di tangkuban perahu
saya sempat mendapat kritik dari seorang ibu dari Jambi. Waktu itu sebelum
makan saya motret jagung bakar yang saya beli, terus ibu itu berkomentar,
“Anak
sekarang beda dengan zaman dulu, sebelum makan ada ritual motret makanan dulu,
bukan malah baca bismillah,” ucap sang Ibu sambil tersenyum
Glekk….Saya
langsung istighfar, emang iya sih apa kata ibu itu, meski sebenarnya saya
selalu berusaha membaca bismillah sebelum makan, meski emang kadang diawali
dengan motret makanan terlebih dahulu. Nah sejak mendengar komentar ibu itu,
selama di Bandung saya nggak pernah motret makanan-makanan yang saya nikmati.
Saya juga nggak ada makan sambil online, kalo makan ya makan, nggak usah sibuk
sambil ngetweet.
Selama
di Bandung, saya juga menghilang dari jejaring sosial, saya nggak mau waktu
liburan saya terbuang hanya karena kesibukan berjejaring sosial, share
foto-foto selama liburan dan lain sebagainya. Saya sudah niatkan di dalam hati
bahwa liburan kali ini tanpa ada kesibukan online, meski sebenarnya ada
fasilitas wifi dari penginapan.
Next
trip Insyaallah ke Karimun Jawa dan Makasar, amin. Sampai jumpa di cerita
selanjutnya, ya, mari kita jalan-jalan men.
itu gayanya ada yang semacam nyontek yaaa...*royalti euy #kalem :D
ReplyDeletewaaah lumayan keren itu kawah putih!! catet di list
haha gaya yang mana???? yupz keren, apalagi dengan pasangan :p
DeleteTop, keren, kawah putih memang tiada duanya
ReplyDeleteoooh, ini toh sumber foto yg mejeng di blog aku...hihihihi
ReplyDeletehahahah emakkkkkk terimakasih sudah berkunjung loh #salim
Delete