Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Krisis Spiritual

Dalam sebuah kelas, saya bertanya ke mahasiswa “Ada yang tahu arti surat Al Fatihah dari awal sampai akhir?” suasana kelas langsung hening. Suasana kelas mulai riuh dengan suara ketika saya membaca ayat demi ayat hingga sampai pada ayat “ Iyyaka na’budu waiyya kanasta’in ”, suara-suara mulau melemah, hanya sedikit yang bersuara. Ada yang seolah menerawang sambil menatap langit-langit kelas, ada yang berbisik lirih dengan teman di sebelahnya, dan ada yang hanya diam memaku. Saya melanjutkan ayat selanjutnya “ Ihdinassirathal mustaqim, sirathalladzina an’amta ‘alaihim ghoiril maghduubi ‘alaihim waladhdhallin, ” suasana kelas hening tanpa suara. Beberapa hari selanjutnya, saya menanyakan pertanyaan yang sama ke beberapa kelas. Ada kurang lebih 180 lebih mahasiswa di kelas-kelas yang saya ampu, hasilnya sama. Hanya tiga ayat pertama yang mereka bisa, selebihnya mereka mulai kesulitan untuk menjawab artinya. Saya menatap mereka lekat-lekat sambil bertanya, “Sejak kapan kalia

Syahidah Itu Bernama Sumayyah

Melalui lembaran-lembaran ini, kita akan menelusuri sebuah kisah tentang kekuatan sabar dalam menghadapi ujian hidup. Kisah yang selalu diulang-ulang setiap hari, yakni kisah pertentangan antara iman dan kekafiran. Kita akan menjumpai wanita pertama yang meninggal sebagai syuhada dalam sejarah Islam. Dia adalah wanita suci yang telah menorehkan catatan keabadian dalam lembaran sejarah dan Islam telah menetapkannya pada kedudukan yang sangat tinggi. Dia adalah Sumayyah binti Khabat ra. yang mendapat kabar gembira dari Rasulullah Saw akan masuk surga. Sungguh, itu merupakan kabar gembira yang membuat segala bentuk penderitaan dan siksaaan terasa manis dan menyenangkan. Kisah ini diawali dengan kedatangan Yasir, ayah ‘Ammar, dari Yaman bersama dua saudaranya Al-Harits dan Malik ke Kota Makkah untuk mencari saudara mereka yang menghilang dalam beberapa tahun terakhir. Sejak itu, mereka terus mencari ke berbagai pelosok negeri hingga sampai di Kota Makkah. Tapi, di Kota ini

Mewujudkan Generasi Qur'ani

Mengajarkan cinta kepada Al Qur’an bagi anak-anak adalah salah satu tanggung jawab terbesar bagi orang tua. Tidak sedikit generasi muslim yang tidak bisa membaca Al Qur’an. Jika ini dibiarkan, kita akan berhadapan dengan generasi yang asing dengan Al Qur’an. Bagaimana Al Qur’an bisa menjadi panduan hidup jika membacanya saja tidak bisa. Al Qur’an adalah firman Allah swt, yang jika dibaca akan bernilai ibadah, yang jika dikaji dengan saksama, di dalamnya penuh dengan kekuatan yang sangat dahsyat. Menamamkan cinta pada Al Quran sejak dini akan memotivasi mereka untuk menghafal dan belajar bagaimana membaca Al Quran dengan baik dan benar. Mereka yang menjadikan Al Qur’an sebagai panduan hidup akan mendapatkan syafaat di hari akhir nanti. Nabi Muhammad saw bersabda: “Bacalah Al-Quran, kelak ia akan datang di Hari Kiamat memberi syafaat kepada para pembacanya.” (HR. Muslim). Salah satu keistimewaan Al Quran adalah diberikan pahala bagi orang yang membacanya. Ibnu Mas'u

Kehidupan yang Bahagia

Sesungguhnya seorang mukmin sejati memiliki keyakinan yang tinggi bahwa tidak ada kebahagiaan ataupun ketenangan bagi umat manusia, tidak juga berkah dan kesucian yang selaras dengan hukum alam dan fitrah kehidupan, kecuali bila manusia mau kembali kepada Allah dengan mengkaji dan mengaplikasikan ajaran yang ada di kitab-Nya, yang merupakan pedoman bagi kehidupan manusia. Hanya kitab-Nya yang mampu menuntun manusia menjadi manusia ideal yang memiliki prinsip hidup yang sempurna serta berakhlak mulia. Hal ini senada dengan firman-Nya. “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (al-Israa’: 9) Al Quran adalah pedoman hidup bagi siapapun yang mendambakan kebahagiaan. Hidup dalam naungan Al Quran adalah hidup dalam naungan kebajikan. Semua itu karena Al Quran adalah sumber ilmu pengetahuan dan juga ajaran agama. Dengan bant

Bila Nanti Waktu Telah Hadir

Beberapa hari terakhir, timeline sosial media saya dipenuhi oleh potret kebahagiaan teman-teman yang sudah dikaruniai putra-putri. Saya bisa melihat raut wajah bahagia dari senyum mereka ketika menyenandungkan adzan di telinga si buah hati yang baru lahir, ada bulir-bulir lembut yang tampak ketika mereka menggendong si kecil untuk pertama kalinya. Saya terharu.  Sebagai lelaki, sudah nalurinya untuk segera menjadi seorang Ayah ketika sudah menjadi seorang suami. Saya selalu bahagia berkunjung ke rumah teman-teman yang seangkatan dengan saya dan sudah dikaruniai putra-putri yang lucu. Biasanya setiap mudik Idul Fitri, ada waktu untuk bersilaturahmi dengan teman zaman sekolah dulu, sebagian besar sudah berkeluarga dan dianugerahi keturunan. Di waktu Dhuha pagi ini, ada detak yang lebih kencang di dalam dada saya, ada air mata yang mengalir demikian mudahnya dan menetes di atas sajadah tempat bersujud. Untaian doa-doa melangit bersama dengan harapan semoga Allah seger

Jangan Menunda Taubat

  وَالَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ ثُمَّ تَابُوا مِنْ بَعْدِهَا وَآمَنُوا إِنَّ رَبَّكَ مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (١٥٣) “Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; Sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al A’raf: 153) Sebagai manusia yang hidup di dunia ini, kita tak pernah luput dari dosa dan kesalahan. Baik itu dosa besar ataupun dosa kecil. Seolah-olah dosa sudah menjadi bagian dari diri sendiri. Bayangkan saja bagaimana seringnya mata kita tidak dijaga dari hal-hal yang tidak disukai Allah SWT. Bagaimana telinga yang dengan mudahnya mendengar aib saudara sesama muslim. Bagaimana mulut yang dengan mudahnya membicarakan keburukan orang lain. Begitupun anggota tubuh yang lain, yang jika dihitung mungkin tidak akan sanggup menghitung banyaknya dosa yang dilakukan setiap harinya. Belum lagi berbagai dosa terkait kelalaian ibadah kepada All