Skip to main content

Hutan Raya Juanda Bandung #Day1


Sebelum saya bercerita tentang kegiatan hari pertama di Kota Bandung, saya ingin bercerita tentang perjalanan panjang yang sangat melelahkan dari Jakarta. Jadi ceritanya begini, sebelum ke Bandung, saya dan anak-anak pergi ke Jakarta terlebih dahulu, menikmati sehari penuh di Jakarta; berkunjung ke Batan dan Ancol. Yang paling berkesan tentu di Ancol, saya mencoba berbagai macam wahana yang ada; mulai dari Histeria, Tornado, Perahu Ayun dan lain sebagainya. Sempat juga menyaksikan pertunjukan Treasurland Temper of fire sebelum akhirnya kembali ke Bus.
Waktu di Ancol, saya sempat muntah juga hehe, malu-maluin nih, masa cuma naek Tornado doang bisa muntah-muntah. Muntahnya nggak nanggung-nanggung lagi, buanyak banget jendral. Fiuhhh.. waktu naek Tornado itu saya nggak berani membuka mata sedikitpun haha. Setelah selesai baru deh berani buka mata dan elus-elus dada kemudian lari ke bagian pinggir dan muntah. Ya begitulah adanya. Tapi nggak kapok, masih ada histeria dan seabrek permainan lainnya yang saya coba. Biar kelihatan keren, meski udah muntah-muntah di muka umum lol.
Setelah selesai menikmati berbagai macam wahana di Ancol, saya dan anak-anak menikmati menu makan malam di rumah makan Laut Biru yang ada di pinggir laut. Sambil menikmati embusan angin laut yang sepoi-sepoi, kami menikmati menu makan malam seadanya (yang nggak ada jangan ditanya).
Sekarang saatnya kembali ke Purwokerto, menikmati perjalanan pulang sambil tidur karena super capek. Nah, di perjalanan pulang, saya malah turun di Kota Bandung, berencana menghabiskan liburan selama beberapa hari di Kota Kembang ini. Yuhuuu.. Bandung kan terkenal dengan kecantikan perempuannya. Eh tapi tenang, saya ke Bandung bukan untuk mencari jodoh.
Sampai di Bandung sudah hampir pukul satu malam. Kendaraan sudah sepi, lalu lalang kesibukan penduduk Bandung juga sudah tidak terlihat. Hanya beberapa pedagang kaki lima yang masih terlihat santai menunggui dagangan mereka. Saya naek angkot menuju Cicaheum, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Sava Guest House yang ada di Jl. Kiara Condong. Saya sudah menghubungi pihak Sava Guest House sejak beberapa hari sebelumnya. Nggak enak rasanya kalo datang ke Bandung tengah malam kemudian harus muter-muter mencari penginapan.
kamar saya di guest house
Sava Guest House itu cocok banget bagi backpacker mania. Ya kayak saya ini, meski backpacker amatiran sih. Ya harap maklum, jam terbang saya baru dimulai, belum banyak pengalaman. Tapi saya sudah bertekad bahwa akan menghabiskan liburan di Bandung dengan biaya seminim mungkin. Tidak menginap di hotel mewah (karena memang mahal), tidak mau makan di rumah makan mewah (karena mahal juga), tidak mau naek taxi (lagi-lagi karena rada mahal) #kalem.
Jadi selama di Bandung, saya akan menjadi seorang petualang sejati (halahhh lebay nih). Saya menginap di guest house yang hanya 50.000/bed. Keren kan? Ya iyalah, namanya juga guest house, bukan hotel bintang lima. Eh meski cuma 50.000/bed, wifi-nya keren loh (maniak internet gratis). Biasanya kalo saya jalan-jalan, tempat menginap favorit saya itu ya hotel muslim (baca: masjid).
Setelah sampai di penginapan, saya malah nggak bisa tidur, karena sudah tidur lama waktu di bus dari Jakarta sampai Bandung. Saya online sampai subuh, kemudian baru bisa tidur. Hari pertama saya bangun jam 10 siang haha, habis subuh malah terkulai lemah dan ngantuk berat. Padahal saya itu anti loh tidur habis subuh. Hari pertama saya masih malas pergi, masih mau mengumpulkan kekuatan dulu, biar jalan-jalannya bisa maksimal (alesan aja tuh, padahal emang orangnya males).
Siang harinya ternyata saya dipindah ke guest house yang ada di Jalan Riau, dan kerennya lagi, saya tinggal di kamar yang hanya ada 1 bed. Horee… keren dong, saya nggak jadi tinggal di kamar yang dihuni oleh empat orang lebih. Enaknya lagi, guest house yang di Jalan Riau lebih strategis menurut saya (analisa abal-abal).
Ya ampun, ini kapan cerita jalan-jalannya sih, malah jadi ngawur gini. Baiklah kita mulai ceritanya.
Setelah mandi siang, kemudian shalat dzuhur. Saya kabur ke Hutan Raya Ir. H. Juanda yang ada di arah Dago. Dari penginapan, saya harus naek angkot dua kali baru bisa sampai ke Dago dan karena ini adalah kunjungan pertama saya ke arah Dago, yang saya cari pertama kali adalah Gua Belanda yang letaknya ternyata jauh di atas sono huwaaahhha saya nekat jalan kaki dari bawah sampai ke gerbang hutan raya dan tetap nekad jalan kaki mengelilingi Hutan Raya yang luasnya super. Ya karena jalan kaki, jadi nggak sukses dong kelilingnya, kesiangan juga datangnya, jadi nggak bisa mengeksplor semua keindahan hutan raya.

Di dalam Hutan Raya ini ada banyak tempat-tempat yang sebenarnya bisa kita kunjungi. Tapi karena saya ini orangnya pergi nggak ada perencanaan, jadilah asal mau aja. Tempat pertama yang saya masuki adalah Gua Jepang, masuk ke dalam gua yang tidak ada penerangan itu ya gelap jendral. Jadinya harus nyewa senter dengan biaya 3.000,. dengan bermodalkan sebuah senter kecil ini, saya memasuki Gua Jepang ini. Nah keselnya lagi, pas di dalam Gua, ada anak-anak yang dari Solo, mereka itu ngagetin saya dan membuat saya jantungan, pengen loh rasanya jitak kepala mereka satu persatu (ini bohong).
Berhubung saya cuma seorang diri, saya memanfaatkan anak-anak dari salah satu Sekolah Menengah Atas kota Solo ini untuk menjadi teman saya selama di Hutan Raya ini #kejam, ya lumayan dong bisa minta tolong ambil gambar saya. Kalian kan tahu sendiri resiko jalan-jalan seorang diri itu ya susah kalo mau motret diri sendiri. Harus banyak-banyak ngeluarin kalimat “Mas,Mbak,Om,Tante, tolong fotoin saya,” kemudian tersenyum semanis mungkin, agar yang dimintai tolong mendapat hidayah dan bersedia mengabadikan saya dalam camdig.
Setelah dari Gua Jepang, saya dan beberapa anak SMA tadi melanjutkan ke Gua Belanda. Lagi-lagi harus nyewa senter dengan biaya 3.000, karena di Gua ini juga tidak ada penerangan. Di dalam Gua Belanda dan Gua Jepang sih nggak ada apa-apa, cuma terowongan peninggalan zaman Jepang dan Belanda. Awalnya sih saya kira ada seorang permaisuri cantik yang menjaga kedua Gua ini, tapi nyatanya cuma dijaga oleh bapak-bapak dengan beberapa senter di tangannya kemudian menyewakannya ke para pengunjung yang datang.

Setelah dari Gua Belanda, saya melanjutkan perjalanan ke Curug Omas yang merupakan aliran lava dari Gunung Api Purba. Jalan menuju kesana ternyata jauh banget, saya harus jalan kaki kurang lebih satu jam lamanya untuk bisa sampai dan melihat langsung bagaimana aliran Curug Omas ini. Saya kira ini curug milik Omas yang terkenal itu hehe. Ya lumayan, keringat bercucuran dan membuat badan saya yang tadinya wangi jadi bau asem. Anggap aja perjalanan ini sebagai latihan awal untuk kegiatan selanjutnya kalo mau mendaki gunung.
Curug Omas
Sempat kecewa sih waktu sampai ke Curug Omas. Kecewa karena sampah yang menjadi pemandangan yang tidak enak dan bikin saya kesal dengan siapa pun yang membuang sampah di aliran curug ini. Sampah-sampah itu merusak pemandangan yang seharusnya bersih dari sampah. Air yang ada di bawah aliran curug omas ini dipenuhi oleh sampah-sampah pengunjung; botol aqua bekas, bungkus makanan ringan, dan masih banyak lagi yang laen.
Ini sampah di bawah aliran curug Omas :(
Saya kecewa karena apa yang saya harapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di hadapan saya. Awalnya saya berpikir bakalan terkagum-kagum dengan keindahan curugnya, tapi nyatanya malah kesal duluan dengan sampah di sepanjang jalan menuju curug sampai curug omasnya sendiri. Masalah klasik yang sampai sekarang belum terselesaikan karena masyarakat kita masih belum memiliki kesadaran akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Oke, sampai disini, saya sudah seperti duta lingkungan hidup. Tapi itulah yang saya rasakan.

Jika kalian ingin melihat curug omas ini, kalian bisa naek ojek sebenarnya, tapi karena saya sudah bertekad untuk jalan sehemat-hematnya, jadilah saya menikmati perjalanan satu jam lamanya baru bisa sampai ke curugnya. Meski kecewa, akhirnya saya terhibur dengan dua anak kecil dari Saudi Arabia yang terlihat kebingungan waktu mereka mau membeli jagung bakar, karena ibuk yang menjual itu nggak bisa Bahasa Arab. Saya tersenyum, kemudian menerjemahkan apa yang mereka inginkan ke ibuk yang jualan. Sambil menunggu jagung bakar siap untuk di santap, saya berbincang sejenak dengan kedua anak kecil ini. Nama mereka adalah Ahmad dan Abdul Aziz.
Ahmad dan Abdul Aziz
Setelah puas, akhirnya saya memutuskan untuk kembali, karena sudah hampir pukul enam sore. Sudah mulai gelap. Awalnya saya masih nekad mau jalan kaki dan itu artinya jam tujuh lebih saya baru bisa sampai ke gerbang masuk hutan raya. Tapi berhubung semua pengunjung naek ojek, akhirnya saya ikut naek ojek, serem juga kalo saya harus jalan seorang diri di hutan tanpa penerangan.
saya pesen dua porsi haha
Setelah dari Hutan Raya Ir. H. Juanda, saya kabur menuju alun-alun Kota Bandung. Menyempatkan diri untuk shalat di Masjid Raya Bandung, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Museum Konperensi Asia Afrika yang ada di jalan Asia Afrika. Sambil menikmati tahu gejrot khas Cirebon, saya duduk menikmati lalu lalang kendaraan di depan Gedung Merdeka yang besebelahan dengan Museum Konperensi Asia Afrika. Sempat narsis juga di depan Gedung Merdeka, sempat ngajakin yang jualan tahu gejrot untuk ikutan narsis, sempat nyuruh beberapa orang untuk motretin saya (derita jalan-jalan sendiri), dan saat malam semakin larut, saya pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke penginapan. Sampai di kamar sudah hampir pukul 11 malam. Kaki saya rasanya mau copot, pegelnya mintak ampun. Setelah mandi, shalat dan laen sebagainya, saya pun tidur dengan lelap.

Comments

  1. tahu gejrotnya nggak sopan bikin ngiler ampun2 huhu..

    ReplyDelete
  2. bang, sava guesthouse yg di riau it alamt lgkpny dmn?
    ada rencana ke bandung mggu ini

    trims

    ReplyDelete
  3. bang savaguesthouse yg di jln riau tepatny dmn?
    dket apa y?

    trims

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini webnya, silahkan kontak langsung pemiliknya ya :) http://www.savaguesthouse.com/

      Delete
  4. Mas kmren beneran nginep di sava guest house?
    Aku mw kirim DP tp takut penipuan..
    Pemilikx namax spa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya beneran nginap disana, tapi lupa nama pemiliknya. sudah 2 tahun yg lalu soalnya. Maaf.

      Delete
  5. Mas kmren beneran nginep di sava guest house?
    Soalnya saya mw transfer DP tp takut penipuan... nama pemiliknya sp?

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat bermalam selama kamu berada di Batu. Saya jamin, tempa

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat 119 Alla