Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2012

Jogja #Day4

Di siang hari keempat saya tidak pergi kemana-mana karena nungguin teman yang dari Jakarta. Dan ternyata mereka berdua telat sampai Jogjanya, seharusnya mereka sampai Jogja pagi, dan ternyata menjelang ashar mereka baru sampai Jogja. Itu telatnya super keterlaluan ya. hehe Setelah ashar, saya menuju Malioboro, menuju museum “Vredeburg”. Karena masih sore, saya sempatkan keliling menuju “Keraton”, “Taman Sari”, “Alun-alun”, “Masjid Gede” dan kembali lagi ke lokasi “Festival Kesenian Yogyakarta”. Setelah maghrib, saya ditemani Steven melihat penampilan berbagai macam kesenian Jogja. Saya dan Steven duduk manis di depan panggung utama dari awal acara sampai pukul 9 malam. Si Steven yang duduk di samping saya juga tampak menikmati semua kesenian yang tampil di panggung. Meski sebenarnya saya dan Steven juga sama-sama antara ada dan tiada karena nggak ngerti apa yang diomongin oleh mereka yang ada di panggung. Mereka pakai bahasa Jawa (halus mungkin, entahlah saya sama sekal

Jogja #Day3

Di hari ketiga, saya berencana mau pergi ke Merapi. Tapi ternyata fisik saya terlalu lelah, jadinya saya sukses terkapar di kamar. Saya sama sekali tidak pergi kemana-mana selama hari ketiga. Saya hanya menghabiskan waktu di kamar, duduk depan laptop dan online sepanjang hari. Jadi tidak ada cerita di hari ketiga di Jogja.

Jogja #Day2

Hari kedua di Jogja saya pergi ke Candi Borobudur. Paginya saya sarapan gudeg , lidah saya ketagihan dengan yang namanya gudeg . Jadi selama di Jogja, saya selalu beli gudeg untuk sarapan. Gudeg di Jogja berbeda dengan gudeg yang saya beli di Purwokerto. Lebih enak. Saya berangkat dari Hotel Muslim (Baca : Masjid) ke Magelang menuju Candi Borobudur pukul 11 siang. Paginya saya istirahat terlebih dahulu, kaki saya sempat sakit karena keliling Ratu Boko dan Prambanan di hari sebelumnya. Mungkin karena terlalu terpesona dengan keindahan Prambanan hehe Dengan menumpang di angkutan umum, dengan jarak yang cukup jauh dari Jogja, saya menuju Borobudur. Perjalanan dari Jogja ke Borobudur kurang lebih 1 jam lamanya. Saya harus ganti angkutan di Jombor kemudian baru menuju ke Borobudur. Setibanya di Borobudur, saya membeli tiket masuk seharga 30.000, kemudian langsung masuk dan menuju kereta yang akan membawa rombongan ke pintu masuk candi. Karena kalo jalan kaki lumay

Jogja #Day1

Saya berangkat dari purwokerto pukul 4 sore, perjalanan dari Purwokerto-Jogja kurang lebih 5 jam karena jalanan yang sedikit padat karena suasana liburan. Seperti biasa, kalo di dalam bus, saya tidur sepanjang perjalanan dan terbangun saat sudah tiba di “Terminal Jogjakarta”. Kali ini adalah kunjungan pertama saya ke Jogja, maklum berapa kali cuma lewat dan tidak pernah menyempatkan diri untuk mengenal lebih jauh suasana Kota Jogja. Makanya, sebelum liburan tiba saya sudah buat rencana serapih mungkin agar kali ini saya betul-betul bisa menikmati perjalanan saya selama menikmati semua keindahan Kota Jogja. Dan tentunya dengan biaya yang seminim mungkin tapi bisa menjelajah Jogja haha. Saat sampai di Terminal Jogja, saya udah kayak orang linglung J Linglung karena saya nggak ngerti sama sekali tentang Kota ini. Saya juga nggak kenal siapa-siapa di Kota ini. Awalnya saya mau booking penginapan selama di Jogja, tapi teman saya bilang mendingan tinggal di Hotel Muslim (

Satu Tahun Kebersamaan

Setelah satu tahun mengajar, sudah banyak sekali cerita-cerita antara saya dan murid-murid. Kebersamaan yang telah membuat kami semakin dekat satu sama lain. Membangun keakraban, kepedulian, dan juga kebersamaan. Video ini adalah cerita satu tahun kebersamaan saya dengan mereka.  Tuhan, terimakasih Engkau sudah mempertemukan saya dengan murid-murid yang selalu membuat saya rindu akan mereka, menempatkan saya pada lingkungan yang mengajarkan saya untuk lebih dekat pada-Mu. Besok anak-anak sudah mulai libur, saya tentu akan merindukan mereka. 

Lika-liku Hidup

“Kak, aku mau berhenti kuliah” Dahiku berkerut saat membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh adikku. Apa yang sebenarnya terjadi? Sehingga tiba-tiba dia mengirimkan pesan singkat itu. Kopi yang tinggal setengah lagi kuletakkan di atas mejaku. Aku tidak ingin menunggu terlalu lama lagi untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Setelah mengucapkan salam, aku mendengar suara isak tangis di ujung sana. Aku semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. “Dek, kenapa kok tiba-tiba mau berhenti kuliah?” tanyaku pelan, aku tidak ingin membuat dia semakin menangis mendengar pertanyaanku. Karena aku tahu betapa besar keinginannya untuk kuliah. Masih belum ada jawaban. Khansa hanya diam, membiarkan aku mematung di ujung telpon. “Dek, coba cerita, siapa tahu kakak bisa bantu.” Khansa masih dengan diamnya. “Ya, sudah kalo emang belum mau cerita. Ibu mana? Kakak mau ngomong ama Ibu.” Beberapa detik kemudian, aku mendengar suara Ibu yang sedang batuk. “Ibu, ini Giffa

Bersujud di BumiMu

Malam masih gelap, sang fajar baru menampakkan diri pertanda waktu subuh sudah tiba. Suara adzan mendayu-dayu, menyeru umat muslim untuk segera bangun dari lelap tidur, mengajak mereka untuk membasuh anggota badan mereka dengan aliran air wudhu, kemudian shalat subuh. Melaksanakan shalat subuh tepat waktu sungguh begitu berat bagi mereka yang masih belum terbiasa untuk bangun. Banyak di antara umat muslim enggan untuk melaksanakan seruan Tuhan, dan terus lelap dalam tidur. Bapak itu sudah bangun sejak tadi, dia sudah bersimpuh di hadapan Tuhannya, memuji Tuhan, mengucapkan syukur atas segala karunia yang telah Tuhan berikan padanya. Air matanya menitik di atas sajadah, dia menangis. Dia menangis karena begitu banyak dosa yang telah ia perbuat. Begitu banyak dosa yang telah ia lakukan selama hidupnya. Dan di umurnya yang sudah senja ini, barulah dia menyadari begitu banyak karunia yang telah Tuhan berikan padanya. Bapak itu menangis. Menyesali segala perbuatannya di mas

Guru Menulis

Saya mendukung Kepala Sekolah tempat saya mengajar untuk mengajak rekan Guru untuk bisa menulis artikel yang berkaitan dengan pendidikan. Banyak Guru yang bisa mengajar dengan baik, akan tetapi tidak bisa menuangkan pemikirannya dalam tulisan. Banyak Guru yang bisa membahas sesuatu dengan baik dan rinci, akan tetapi tidak mencoba untuk menjadikan semua itu dalam bentuk tulisan. Iya, saya betul-betul mendukung keinginan Pihak Manajemen Sekolah untuk mengajak rekan-rekan Guru untuk bisa menulis. Saya memang suka dunia tulis menulis, meski kebanyakan yang saya tulis adalah cerita-cerita pendek, catatan harian, dan novel. Sekarang saya sedang belajar menulis artikel-artikel pendidikan. Sekarang memang baru belajar menulis artikel yang berkaitan dengan dunia pendidikan, dan tentu saya juga mempunyai impian untuk bisa memiliki karya tulis sesuai dengan bidang akademik yang saya ampu. Karena dengan menulis berarti kita sudah mengukir sejarah diri, membiarkan orang lain membaca hasil pe

Satu Tahun Berlalu

                     7 Juni 2012 Waktu memang berlalu begitu cepat, saya hampir lupa bahwa hari ini tepat satu tahun saya mengabdikan diri menjadi seorang Guru. Guru adalah cita-cita saya sejak dulu. Saya ingin mengabdikan diri saya untuk mendidik putra-putri bangsa menjadi pribadi-pribadi yang unggul. Satu tahun berlalu, sudah banyak cerita-cerita indah kebersamaan saya dengan murid dan rekan sesama Guru. Cerita-cerita itu menjadi sejarah dalam pengabdian saya sebagai seorang Guru dan sejarah dalam hidup saya. Saya masih mengingat baik saat pertama saya mengajar, saya menjelaskan materi kemudian murid mengatakan bahwa mereka tidak mengerti apa yang saya jelaskan karena saya menjelaskan terlalu cepat dan dengan Bahasa Indonesia yang pas-pasan. Mengapa saya bilang pas-pasan? Karena memang kenyataannya saya belum bisa berbicara Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Saya masih berbicara dengan gaya Bahasa Melayu yang kadang membuat murid senyum-senyum sendiri saat mendengar say

Tuhan, Damaikah Ibu di SisiMu?

“Ibuuuuuu” Aku tersentak, terbangun dari tidur. Kepalaku terasa nyeri seperti ada luka. Kedua kaki dan tanganku dipenuhi perban yang sudah memerah karena bekas darah. Kugerakkan kedua kakiku, namun aku tidak bisa merasakan gerakan kakiku. Kucoba untuk menggerakkan kedua tanganku, namun kedua tanganku hanya diam menetap. Kucoba untuk memiringkan badanku, namun hanya bagian kepalaku yang mampu untuk bergerak, menoleh ke arah kiri dan kanan. Aku panik, aku berteriak sekuat tenaga memanggil ibu. Aku mencari-cari sosok itu, namun aku tidak bisa menemukan sosok ibu di dalam ruangan yang sekarang menjadi tempatku terbaring. Hanya ada beberapa kotak obat-obatan yang membuatku mual ingin muntah. Aku masih berteriak memanggil ibu, namun ibu tak kunjung datang menghampiriku. Seorang suster masuk ke ruanganku, mungkin karena mendengar teriakanku yang memenuhi seluruh penjuru ruangan. “Ada yang bisa saya bantu, Mas?” tanya suster berbasa-basi. Aku mengacuhkan suster yang tersenyum