Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2012

Bahagia Merayakan Cinta

Bahagia Merayakan Cinta (6) Terlabuhlah sudah rindu ini Terlabuhlah sudah cinta ini Lama ku nanti hadirmu dalam dekapku Kini, telah kujumpai hangatnya cintamu Bidadariku, aku bahagia bisa bersanding denganmu Dalam hening malam, jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Evan masih belum bisa memejamkan kedua matanya. Dia mondar-mandir di dalam kamarnya, seakan-akan dia sedang memikirkan sesuatu sehingga dia tidak bisa merebahkan badannya di atas ranjang, kemudian tidur lelap meninggalkan segala kegelisahan yang ada. Inikah yang dirasakan oleh setiap orang yang akan menikah? Tanyanya dalam hati. Kegelisahan yang menghantuinya membuat dia mengeluarkan peluh yang membasahi kaos oblong yang dia pakai. Di tangannya ada selembar kertas yang bertuliskan bacaan ijab qabul yang harus dia hapal. Dia mengulang kalimat-kalimat itu sampai hapal. Awalnya, dia mencoba untuk menghapal ijab qabul yang berbahasa arab, namun dia merasa kesulitan untuk mengucapkannya. Lidahnya masih belum bi

Impian Menjadi Seorang Ibu

Impian Menjadi Seorang Ibu (5) Bunda, aku merindukan kehadiranmu Aku merindukan belaian kasih sayang tulus darimu Terimakasih sudah memberikanku limpahan kasih sayang “Meski kamu bukan anak kandung kami, namun bapak dan ibu memberikanmu cinta yang sama. Tidak pernah kami membedakan anak kandung dan bukan. Engkau adalah anak bapak dan ibu.” Bu Zaitun mengucapkan semua itu sambil menahan sakit yang dideritanya. Ada air mata di kedua bola matanya, ada kejujuran yang terpancar dari wajahnya, ada ketulusan yang mengalir dari ucapannya. Winda tidak bisa menahan air matanya saat mengetahui semua itu. Setelah hampir dua puluh tahun lamanya dia mendapat kasih sayang dari kedua orangtuanya, kini kenyataan harus dia terima. Dia bukanlah anak kandung orangtua yang sudah merawatnya sejak kecil. Kenyataannya dia hanyalah anak angkat bapak dan ibunya. Tapi, mengapa harus sekarang dia mengetahui semua itu? Mengapa tidak sedari dulu semua ini dia ketahui? Mengapa dia harus mengetahui

Bersatunya Dua Hati Karena Cinta

Bersatunya Dua Hati Karena Cint a (4) Kini, engkau duduk di sampingku Mendekapku dengan hangatnya cinta “Winda, maukah engkau menikah denganku?”  Pertanyaan itu mengalir pelan dari bibir Evan, disaksikan Bang Ucup yang sedang sibuk melayani ibu-ibu yang membeli dagangannya. Meski pelan, tapi Bang Ucup dan ibu-ibu itu bisa mendengar dengan jelas apa yang baru saja diucapkan oleh Evan. Winda diam membisu, hening. Evan menunggu jawaban kekasih hatinya. Bukan jawaban “tidak” yang ingin dia dengar, melainkan jawaban “iya” yang ingin dia dengar dari sang kekasih. Bang Ucup dan ibu-ibu yang sedang membeli sayur mayur ikut hanyut dalam suasana hening. Mereka semua menunggu jawaban yang akan mengubah dunia Evan. Jika jawaban “Iya”, maka dipastikan kebahagiaan akan memuncak dalam jiwa Evan. Akan tetapi, jika jawaban “tidak” yang winda ucapkan, maka bunga-bunga cinta yang ada di hatinya akan layu. Winda sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa dia akan dilamar di depan ger

Ketika Jalanan Mulai Berliku

Ketika Jalanan Mulai Berliku (3) Jalan ini masih panjang Kita baru beranjak menempuh liku-liku hidup Tawa, tangis, adalah bagian dari jalan yang harus kita lalui Evan duduk di depan layar komputernya, dia sedang menuliskan beberapa baris kalimat, dia mencoba merangkai kata-kata menjadi sebuah puisi indah untuk bidadarinya. Lima bulan tidak bertemu, rasa rindu tentu menghinggapi hatinya. Akhir-akhir ini dia disibukkan oleh kegiatan kampus. Ujian semester hanya beberapa hari lagi. Namun, menjelang ujian semester tiba, dia tidak bisa fokus dengan ujian. Bayang-bayang kekasih hatinya selalu muncul dalam ingatannya. Ingin rasanya ia kembali ke Purwokerto dan menemui bidadarinya. Apa kabar bidadariku? Semoga engkau baik-baik saja. Tidak ada komunikasi antara mereka berdua.  Winda hanyalah pembantu rumah tangga, dia tidak bisa mewujudkan keinginannya untuk mempunyai sebuah handphone agar bisa mendengar suara Evan dari ujung sana. Akhirnya, Evan harus menahan diri untuk tidak