Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Leisure Time

Leisure or free time is time spent away from business, work, domestic chores and education. Erghh, ini kenapa jadi formal gini tulisan? Abaikan. Renat sibuk di depan laptopnya, kejar target karena Senin sudah harus mengumpulkan seabrek tugas sekaligus dengan proposal thesis. Renat sampai tertidur karena ngerjain tugas sedemikian banyak, ditambah lagi ada tugas yang berupa analisis dalam bahasa Indonesia haha, saya cuma jadi tukang coret hasil kerja dia. Mir ‘Athoullah lagi sibuk menganalisis hasil kuesioner yang ada di kasur sambil leyeh-leyeh. Saya? Oh tenang, saya lagi ongkang-ongkang kaki sambil menikmati sajian yang ada di kamar sekaligus coret-coret hasil kerjaan Renat (kejam). Alhamdulillah, ujian akhirnya selesai juga. Renat dan beberapa teman Rusia bakalan liburan ke Jakarta hari Kamis, kemudian pekan depan langsung ke Lombok (lagi). Saya? Oh saya kali ini nggak tergoda liburan kemana-mana, palingan ke kawah Ijen kemudian ke Banyuwangi bareng teman, setelah itu langsun

Awkward Moments

24 Desember 2014 Awkward moment itu adalah ketika lo sedang santai di kamar, baca buku sambil ngemil, sambil ongkang-ongkang kaki, kemudian dapat telepon kalo Dosen sudah masuk, padahal baru jam 8 pagi, seharusnya masuk jam 8.30, sementara lo masih di dunia antah berantah, langsung cap cus mandi secepat kilat, kemudian kejedot, lari-lari ke kampus dan pas sampai kampus baru ada seuprit orang yang masuk kelas karena semua berpikiran bahwa dosen bakalan masuk jam 08.30 Pagi. Awkward moment itu adalah ketika lo pergi ke perpustakaan pusat dari Batu, kemudian baru sadar bahwa lo masih punya pinjaman buku sebanyak 10 eks dan harus pulang ke kosan lagi, kemudian balik lagi ke perpustakaan pusat biar bisa minjem buku lagi. Itu rasanya kayak habis lari, istirahat, kemudian disuruh lari-lari lagi. Awkward moment itu adalah ketika lo pergi ke suatu tempat, kemudian hujan deras, sementara jas hujan lo entah dimana, tiba-tiba ngilang dari jok motor dan lo baru ingat kalo jas hujan dipin

Si Pahlawan Kecil

Saya berusaha mengingat kembali apa yang sudah saya tulis di blog ini selama kurun waktu satu tahun terakhir, kemudian saya tertegun dengan tulisan saya yang berjudul “Dear Faris”, sebuah tulisan yang saya tujukan untuk salah satu murid saya yang sempat saya jadikan dalam sebuah buku yang berjudul “Dear Faris - Catatan Inspirasi Si Pahlwan Kecil”. Bagi saya, tulisan-tulisan saya tentang Faris adalah tulisan-tulisan yang sangat menyentuh hati saya. Saya kadang menulisnya sambil menangis, melihat bagaimana dia berjuang sedemikian kuat dan tegar dalam menghadapi cobaan hidup yang tentu saja tidak mudah untuk ukuran anak seusianya kala itu. Faris, dia baru saja masuk di SMP dan saya adalah wali kelasnya. Kebersamaan saya dengannya menyisakan kisah yang sampai hari ini tetap saya ingat, meski saya sudah tidak lagi menjadi gurunya di sekolah karena harus melanjutkan study master saya di Malang. Dear Faris adalah sebuah persembahan cinta saya untuk Faris, semacam catatan perjuangannya

Happiness

16 Desember 2014 Setiap orang pasti memiliki konsep bahagia tersendiri, sesederhana apapun itu. Saya pun demikian, konsep bahagia bagi saya adalah ketika apa yang saya jalani sesuai dengan kata hati saya, saya tidak ingin menjalani sesuatu yang jelas-jelas tidak klik dengan hati saya, karena sesungguhnya membincangi hati adalah cara termudah mencari kedamaian, bukan? Waktu terus berlalu, perjalanan ini pun semakin jauh, kadang saya harus berhenti sejenak, menoleh ke belakang, melihat orang-orang yang mungkin saja sedang berdiri tegak di belakang sana, menunggu saya menoleh dan tersenyum kepada mereka. Kadang saya harus bergegas, mengejar ketertinggalan, mengejar mimpi-mimpi yang tercatat rapi di buku harian saya. Pun kadang saya harus mundur sejenak, menyiapkan langkah untuk melompat lebih tinggi dan berlari lebih kencang dari biasanya. Begitulah hidup, bukan? Detik demi detik yang kita lalui tidak akan pernah bisa kita ulangi. Kita tidak akan pernah  berada pada waktu y

Mengeja Kenangan

Pantai Linau-Kab.Kaur-Bengkulu Sebagai anak desa, tentu saja saya berkenalan dekat dengan yang namanya sawah. Saya suka bermain di sawah saat pulang sekolah, masih lengkap dengan seragam sekolah. Tidak jarang saya pulang dengan seragam yang sudah penuh lumpur dan bau apek. Ibu tidak pernah marah, palingan ibu cuma bilang, “lain kali, kalo mau maen sama temen, ganti pakaian dulu,” udah gitu aja. Sekarang saya baru mengerti mengapa ibu selalu membiarkan anaknya bermain bebas di alam bebas, tanpa pernah marah atau bahkan khawatir akan terjadi apa-apa. Kenangan demi kenangan keindahan masa kecil itu ternyata mampu saya ingat sampai sekarang. Saya dan teman-teman rasanya sudah memiliki jadwal tetap selepas sekolah, kalo tidak maenan di sawah belakang rumah, ya mandi di bendungan yang juga tidak jauh dari rumah. Lengkap, bukan? Setelah selesai bermain lumpur, mancing, kejar-kejaran, maen petak umpet, dilanjutkan dengan mandi di sungai, kurang apa, coba? Oh jangan tanya betapa bahagian

Perbedaan Itu Indah

Jogja suatu Waktu 10 Desember 2014 Saya lahir di daerah yang dekat dengan pantai, dengan volume suara yang seolah berusaha mengalahkan kerasnya deru ombak di lautan, memekakkan telinga. Acap kali ketika berada di suatu tempat, saya dikira sedang meluapkan kemarahan yang telah lama terbendung. Ketika sampai di Jawa, ada banyak orang yang mengira saya sedang emosi, jengkel, padahal saya hanya berbicara dengan gaya bicara yang biasa saya pakai sehari-hari selama di Bengkulu. Kemudian sedikit demi sedikit saya berusaha menyesuaikan diri, mulai berbicara dengan nada yang lebih rendah dari biasanya, meski cukup susah di awalnya. Pernah berbicara dengan orang Inggris asli? Coba perhatikan, mereka berbicara dengan suara yang kadang nyaris tidak terdengar menurut saya, lembut, sedangkan saya berbicara bak seseorang yang marah karena kekasih hatinya diambil orang lain (ok ini mulai lost focus ). Saya sering dikira lagi marah, bahkan pernah hampir cekcok hanya karena nada bicara saya

Perpisahan Dengan Sahabat

 Hamzah dan saya 8 Desember 2014 Sepekan terakhir saya cukup sibuk dengan seabrek tugas yang nggak berhenti-berhenti, ditambah ada kesalahan dalam salah satu makalah saya karena ternyata makalah yang saya buat salah judul dan tentu saja salah isi. Rencana untuk santai akhir pekan kali ini gagal, karena saya harus menulis dari awal lagi. Jadi untuk meluangkan waktu menemani sahabat saya, Hamzah yang akan kembali ke Libia cukup susah. Karena dia sudah menyelesaikan studi masternya di UIN Malang, jadi dia akan kembali ke negaranya. Sedih? Aih jangan ditanya, ya. Kadang kita merasa betapa berartinya orang-orang yang ada di sekitar kita justru saat perpisahan di depan mata, meski sebenarnya masih tetap bisa komunikasi dengan skype dan berbagai macam aplikasi lainnya. Hari Kamis yang lalu, saya dan Hamzah pergi ke kantor imigrasi, perpanjang masa tinggal dia selama 14 hari sebelum kembali ke Libia. Pas menuju Kantor Imigrasi, hujan lebat, untung sudah dekat, jadi masih aman dari

Etika Perokok

Sabtu, 29 November 2014 Rasanya weekend atau tidak sama saja bagi saya. Nyatanya, hari ini saya tetap ke kampus, bawa buku seabrek-abrek gitu, masuk ke perpustakaan, melanjutkan penulisan makalah yang belum selesai. Minggu ini saya menulis tiga makalah, maju presentasi dua makalah, revisi satu makalah dan hari Sabtu yang seharusnya buat santai alias bermalas-malasan, itu hanya mitos belaka. Yupz, I have to finish my papers. Setelah dirasa cukup, otak saya sudah mumet alias pusing, saya mengirim pesan ke renat. “Salam. Apa kabar? Apa yang kamu lakukan akhir pekan kali ini?” “Salam. Saya sedang istirahat seperti biasa, apa yang kamu lakukan?” jawab Renat kemudian. “Saya baru pulang dari perpustakaan seperti biasa.” Akhir-akhir ini memang sebisa mungkin saya menggunakan Bahasa Indonesia dengan Renat, karena dia juga sedang berusaha belajar Bahasa Indonesia, lagi rajin-rajinnya belajar. Habis ashar, saya pergi ke kampus satu, saya lihat Renat di masjid, sedang membaca bu