Skip to main content

Posts

Showing posts from December 9, 2011

Ketetapan Hati

Malam semakin larut, sinar rembulan dan bintang menghiasi langit tempatku menuntut ilmu, aku duduk di bagian belakang asrama yang kami beri nama “Shofa”.  Seiring waktu yang berjalan, aku mulai membuka lembaran memori yang aku punya, aku keluarkan masing-masing kenangan dan juga fase-fase yang dulu pernah aku lewati hingga berada di titik ini. Aku membutuhkan seseorang yang mengerti. Aku membutuhkan jawaban atas puzzle yang menyesatkan ini. Aku akan mencari jawaban atas kegundahanku ini, bagaimana pun itu caranya. Entah sudah berapa lama aku duduk disini, terus mabuk dengan kegundahan yang tak urung usai, sesekali kupandangi bintang yang sedari tadi bersinar terang, dalam hati aku bergumam, mungkinkah kegundahanku berganti dengan ketenangan setenang saat aku duduk menatap indah sinar bintang? Aku masih tak habis pikir dengan apa yang kini aku hadapi. Aku tak pernah menyangka akan menjadi seperti ini. Berada dalam kondisi yang tak sepenuhnya aku harapkan seperti ini. Mengapa harus

Semua butuh proses

Perlahan namun pasti engkau akan bisa. engkau hanya perlu terus mencoba dan percaya. Entah sudah berapa kali barisan-barisan kalimat yang tertulis di word ini aku hapus, sedari tadi aku mencoba menulis, namun yang ada hanya berhenti setelah beberapa kalimat tersusun rapi. Setiap kalimat yang tertulis berakhir dengan ditekannya “Backspace” yang ada di   keyboard laptopku. Entah sudah berapa kali aku seperti ini, tiap kali ingin menulis , tiap kali aku mencoba untuk bercerita dengan rangkaian kata, tiap kali pula aku berhenti di kalimat-kalimat awal dan tidak pernah dilanjutkan, tulisan-tulisan pembuka itu hanya tersimpan rapi di folder-dolder yang kuberi nama “Tulisan Arian”, “Curhat”, “Belajar Nulis”. Jarum jam di depanku sudah menunjukkan pukul 09.45 menjelang siang, padahal aku duduk di depan laptop dan mencoba untuk menulis sejak pukul 08.15. aku duduk di pojok perpustakaan sementara murid-murid sedang sibuk membaca buku, ada juga yang masih ujian praktek susulan. Sesekali kuali

Juna

IBU Kereta api Bromo jurusan Purwokerto-Jakarta baru saja berlalu dari hadapanku, aku masih memandang ke arah Kereta Api dengan penuh perasaan sedih melepas kepergiaan putra semata wayangku. Juna, dia adalah lentera hidupku, dia yang selama ini selalu menguatkanku dikala aku sedang terpuruk, dia yang selama ini membantuku mengumpulkan kayu bakar untuk dijual ke tetangga, dia juga yang kalo pagi menjelang menjadi imam sholatku. Juna, dia adalah mutiara hati yang telah Allah berikan kepadaku, diumurku yang sudah memasuki kepala lima, aku bahagia hidup berdua dengannya setelah Reza suamiku pergi meninggalkan kami berdua. Kereta api semakin jauh dan tak terlihat lagi dari pandangan mataku yang sudah mulai rabun ini, aku beranjak meninggalkan Stasiun  Purwokerto bertemankan dingin dan rintik-rintik hujan, aku mengenakan jaket usam peninggalan ayah Juna guna membuat badanku hangat. “Junanya sudah berangkat Bu Yasmin?” Terdengar seseorang menyebut namaku, ak