Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2014

What is your name?

Biasanya di tempat yang baru, pertanyaan ini tentu sering ditanyakan kepada rekan kerja, teman satu kampus, tetangga, dan lain sebagainya. Pertanyaan “siapa nama kamu?” seolah menjadi sebuah pertanyaan wajib diajukan demi mengakrabkan satu sama lain, demi sebuah harmoni keakraban yang bisa dirasakan ketika kita saling mengenal satu sama lain. Ini juga yang saya alami sejak pertama kuliah S2 bahkan sampai hari ini, berusaha untuk mengenal satu sama lain, tidak hanya sebatas teman sekelas, tidak hanya sekadar teman satu fakultas yang jumlahnya sudah cukup banyak, tapi saya berusaha untuk berbaur satu sama lain, saling berbagi pengalaman, dan berusaha semaksimal mungkin bisa mengenal mereka lebih jauh, tidak hanya sekadar tahu nama saja, setelah itu sudah. Inilah sebenarnya yang sedang saya pelajari, bagaimana bisa berkomunikasi dengan berbagai macam orang yang tentu saja memiliki keunikan tersendiri. Saya yang awalnya tidak terlalu banyak berbincang dengan selain teman di kelas, k

Sindrom Inferioritas Orang Indonesia Terhadap Bule

Inferioritas merupakan kebalikan dari superioritas (rasa percaya diri yang terlalu tinggi). Inferioritas itu adalah minder atau rasa rendah diri. Inferioritas adalah perasaan yang relatif tetap (persistent) tentang ketidakmampuan diri atau munculnya kecenderungan untuk merasa kurang atau menjadi kurang sehingga tidak bisa menunjukkan kebolehan secara optimal. Baiklah, tulisan ini tidak akan menggunakan bahasa ilmiah layaknya tugas paper akhir semester yang sebentar lagi akan saya hadapi. Fiuhh.. Bukan rahasia lagi, betapa banyak wanita yang mengidamkan memiliki seorang suami yang punya tampang bule bak artis Hollywood di layar kaca. Rasanya, memiliki seorang suami yang punya tampang bule sudah menjadi semacam keinginan yang demikian hebat dan menjamur di kalangan wanita Indonesia, meski tidak semuanya demikian. Saya sebenarnya tidak pernah ada niat menulis semua ini. Kalo tidak karena perbincangan antara saya, Renat dan ‘Athoullah di asrama kemarin malam, mungkin saja sa

Menikah Muda

Berbicara tentang fenomena menikah muda rasanya sudah bukan hal baru lagi, ada sekian banyak artikel bahkan buku yang menjelaskan tentang keutamaan menikah di usia muda, bahkan ada buku-buku yang terkesan mengompori kaula muda yang masih bertahan dengan kesendirian mereka agar segera menikah. Tidak sedikit yang akhirnya memilih untuk segera menikah setelah mendengar tausiah dari seorang Ustadz tentang keutamaan menikah, tidak sedikit juga yang segera mencari pasangan hidup setelah membaca buku yang isinya tentang hal-hal yang berkaitan dengan menikah muda. Bagaimana dengan saya? Mengapa di usia yang sudah seperempat abad ini saya masih bertahan dengan kesendirian? Bukankah sudah seharusnya saya menikah di usia yang sekarang? Bagi saya pribadi, saya tidak pernah mempermasalahkan seseorang menikah di usia berapa pun. Saya percaya masing-masing orang memiliki target hidup dan rencana tersendiri di dalam hidup mereka, maka saya tidak suka mempertanyakan pertanyaan yang berkaitan d

Seluas Bahasamu, Seluas Itu Pula Duniamu

Bagi yang pernah berpergian ke suatu tempat, dimana bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak bisa dipahami, tentu akan menyadari betapa pentingnya bahasa sebagai alat untuk komunikasi antara satu sama lain. Inilah sebuah keajaiban, dimana masing-masing Negara bahkan daerah memiliki aneka ragam bahasa yang memiliki ciri khas tersendiri. Di Bengkulu terdapat berbagai macam bahasa yang digunakan, masing-masing Kabupaten bahkan memiliki ragam bahasa tersendiri yang tidak semuanya saya pahami. Berbicara di ruang lingkup yang lebih besar, saat pertama kali belajar di tanah Jawa, saya seperti orang asing yang datang dari dunia antah berantah, yang sama sekali tidak paham tentang bahasa yang mereka gunakan, yakni bahasa Jawa. Lantas bagaimana akhirnya saya bisa sedikit mengerti tentang bahasa Jawa? Meski sampai hari ini saya hanya sebatas paham dan tidak bisa mengucapkannya. Adanya kebiasaan mendengar tentu memiliki peran penting di dalam perkembangan kemampuan seseorang di dalam

Islam dan Generasi Muda Muslim

Islam adalah agama Rahmatan Lil’alamin , di dalamnya telah diatur sedemikian rupa agar seseorang yang memeluk Agama Islam bisa menjalani kehidupan ini dengan baik. Ketika seseorang mengaku sebagai seorang “Muslim” maka hendaknya ia memiliki kesadaran untuk melakukan ajaran-ajaran Allah SWT. ke dalam kehidupan sehari-hari. Dalam artian tidak hanya sekadar menjadi seorang “Muslim” yang hanya menjadikannya sebagai sebuah identitas. Ada banyak teman-teman saya yang dari belahan dunia Barat yang masuk ke dalam Islam hanya karena ingin menikah dengan seorang perempuan yang Muslimah, setelah menikah, perilaku beragama tidak berubah, hanya identitas keagaamaan saja yang berubah. Ada banyak teman saya yang dari Barat yang mencoba untuk membandingkan Indonesia yang negaranya mayoritas Muslim dengan Negara mereka yang muslimnya minoritas. Menurut mereka menjadi Muslim mayoritas nyatanya tidak menjadikan sebuah Negara itu baik dan berkembang. Contohnya sudah jelas, Indonesia dan Negara-nega

Life Is Beautiful

14 Oktober 2014 Kadang, kita mungkin pernah merasa betapa sulitnya menjalani kehidupan ini, selalu saja ada hal yang kurang dan tidak sesuai dengan keinginan kita. Kadang kita juga sering lalai mensyukuri kehidupan yang telah kita miliki, selalu saja melihat kehidupan orang lain lebih baik dari apa yang kita miliki. Padahal, mungkin saja orang yang kita anggap lebih bahagia justru mendambakan kehidupan seperti yang kita miliki. Itulah kita, manusia yang kadang terlalu disibukkan dengan menghitung apa yang kita miliki, bukan menyibukkan diri untuk mensyukuri kehidupan, dengan beramal sebaik mungkin kemudian menyerahkan semuanya kepada kehendak Allah SWT. Berusaha maksimal disertai doa, kemudian tawakkal, selesai. Itulah sebenarnya yang bisa kita lakukan. Kadang, dalam berdoa, memohon kepada Allah SWT., kita sering terlalu mengatur Allah SWT., terkesan mengucapkan doa-doa yang memaksa Tuhan untuk mengabulkan harapan-harapan yang telah terpatri di dalam diri kita. Padahal, Tuhan

Rahman Ya Rahman

Ya Rahman Mungkin lengkingan tangis tak kan pernah cukup untuk mengungkapkan betapa aku merindui-Mu, Tuhan. Lirih doa-doa yang kupanjatkan pada-Mu di malam-malamku rasanya tak akan pernah cukup mewakili betapa aku ini adalah hamba-Mu yang berdosa, yang kadang lupa akan kekuasaan-Mu akan diriku yang lemah ini. Ya Rahman, Gema takbir kadang tak sanggup menyentuh hatiku untuk menyegerakan diri untuk bersujud di hadapan-Mu. Lantunan ayat-ayat-Mu kadang hanya terdengar sekali lalu saja, kemudian menghilang entah kemana, sedemikian lalainya aku pada-Mu, Tuhan. Tak cukup banyak cintaku pada-Mu, Tuhan. Ya Rahman Menggigil badanku saat rindu ini membuncah, aku merindukan saat-saat bersama-Mu seperti dahulu, kala Engkau selalu ada di dalam derap langkahku, saat Engkau selalu kusebut dalam deru nafasku, saat Engkau selalu kupuja meski kadang luka bersemayam dalam dada. Aku mencintai-Mu, Rabbi. Rahman ya Rahman Jagalah hatiku agar tetap mengingat-Mu Jagalah diriku agar t

Indonesia di Mata Renat

13 Oktober 2014 Tadi pagi, setelah menunggu dosen yang ternyata nggak bisa hadir karena ada acara penting di kampus, saya ke asrama, Renat baru bangun tidur, saya duduk di kursi belajar, sedangkan dia masih leyeh-leyeh di tempat tidur. Padahal saya sudah mandi, sudah ganteng #abaikan “Renat,” ujar saya sambil menatap layar laptop. “Hmmm,,,”jawabnya sambil memperbaiki posisi kepalanya. “What do you think about Indonesia?” Tanya saya lebih lanjut. (ini semacam obrolan sok serius di pagi hari). Setelah beberapa waktu menjadi teman dekat, saya belum pernah menanyai Renat tentang bagaimana pendapatnya tentang Indonesia, setelah lebih dari satu tahun dia menimba ilmu di UIN Malang. Renat tipe orang yang sangat pemalu dan tentu saja sangat sopan. Security asrama pernah bercerita tentang anak-anak dari Rusia yang sangat sopan, jauh berbeda dengan beberapa mahasiswa dari Timur Tengah, meski sebenarnya tidak semua mahasiswa dari Timur Tengah tidak sopan, tapi kebanyakan tidak terlal

Ta’aruf Qurany XII

Calon Hafiz/Hafizah, Insha Allah “Membangun Akademisi Qurany, Menuju World Class University” 10-11 Oktober 2014 Membangun akademisi yang Qurany, dalam artian mewujudkan para ilmuan-ilmuan yang menjadi Al Quran sebagai panduan hidup mereka adalah suatu hal mulia, yang perlu diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Mengutip apa yang diucapkan oleh Prof. Dr. Imam Suprayogo, Mantan Rektor UIN Malang, sekaligus Guru Besar yang begitu peduli dengan pendidikan Islam, “Jadikanlah Al Quran sebagai kurikulum pendidikan, generasi muslim akan menjadi baik.” Inilah yang sejak dulu diperjuangkan oleh pihak UIN Malang, membangun peradaban muslim dengan pembelajaran yang terintegrasi, dimana dunia akademik tidak hanya mewujudkan ilmuan saja, melainkan melahirkan generasi yang berpegang teguh pada Al Quran, atau bisa disebut sebagai moslem scholars . Selama dua hari kemarin, saya mengikuti rangkaian kegiatan dari “Hai’ah Tahfidz Qurany” yang dikemas dalam acara yang bertajuk “Ta’aruf Qurany”

Pindah Apartemen (baca: Kos)

10 Oktober 2014 Balada anak kos, sejak awal saya memang sengaja belum ambil untuk satu tahun di tempat kosan saya sebelumnya, karena ingin merasakan selama satu bulan terlebih dahulu, baru kemudian kalo betah akan saya perpanjang untuk satu tahun. Setelah satu bulan, saya cukup nyaman sebenarnya di kosan yang lama, namun tidak adanya cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar saya cukup membuat saya kelimpungan karena kamar jadinya lembab dan selalu harus menghidupkan lampu meskipun siang hari. Ini tidak baik untuk kesehatan saya *sok cari alasan.* selain itu, motor saya kasihan banget, setiap hari harus mengalami penderitaan sedemikian rupa setiap mau masuk ataupun mau keluar dari kosan, ada aja yang lecet, emang sayanya aja, sih, yang nggak ahli dalam bidang ini haha. *makin mencari alasan* Akhirnya, akhir bulan September, saya memutuskan untuk berhenti ngekos disana dan menitipkan barang-barang saya di kamar teman di lantai dua, sedangkan saya memilih untuk tidur di masjid k

Tarek

Makan Bakso Tukul Arwana :p 9 Oktober 2014 Pagi ini, kegalauan terjadi, setelah sebelumnya saya disibukkan dengan perkuliahan (sok sibuk), tiba-tiba Tarek, sahabat saya yang sedang menempuh study di Qairo University membagikan foto saya tentang Mafaza, tempat dimana kami bertemu tiga bulan yang lalu. “I Love this place and I will be back soon” tulisnya di dinding facebooknya. Saya tersenyum, kemudian saya balas komentar, “I wanna call you now on BBM”. Mulailah kegalauan terjadi disini, duh, ini curhat akhir pekan bener ini kayaknya. Tarek beberapa kali menghubungi saya melalui BBM, meski sebenarnya kebanyakan nggak ada suaranya. Mungkin saja signal sedang ngambek pagi ini. Hampir setengah jam berlalu, dan saya cuma mendengar ucapan salam dari Tarek yang berulang kali dan dia tidak berhasil mendengar suara saya selain ucapan salam juga, hahaha. Sebenarnya saya lebih suka Video Call melalui Skype jika dengan teman-teman yang jauh. Skype lebih menarik bagi saya, ketimbang apl