Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2014

Jangan Sedih, Nak

Ariq 20 Agustus 2014 Kemarin, saya mendapat BBM dari Ibunya Tariq, “Ariq sedih baca tulisan Ustadz di facebook. Semalem nangis. Dia memang halus perasaannya. Dulu, waktu kelas 7, Ariq mengidolakan Ustadz, dia banyak cerita tentang Ustadz. Ketika Ustadz jadi wali kelasnya, dia sangat senang.” Seketika, saya mencoba untuk mengingat seraut wajah itu, wajah teduh nan menenangkan. Dia selalu tersenyum tiap kali saya menyambut kedatangannya di sekolah. Dia tidak banyak bicara, tapi saya tahu dia begitu menghormati saya sebagai gurunya. Sebelumnya, saya memang sudah tahu, kalo dia mengidolakan saya, tapi kami jarang berinteraksi, karena dia bukan anak di kelas saya, dan saya pun tidak mengajar di kelompoknya. Paling kami berinteraksi pas jam istirahat atau pas jam shalat dzuhur. Dia begitu baik, rajin membersihkan kelas, dan sangat santun. Sore ini, saya sengaja pergi ke sekolah untuk menemui salah satu rekan Guru, karena ada hal yang ingin saya bicarakan. Saya tidak tahu kalo

Surat Untuk Anakku Sayang

18 Agustus 2014 Anak-anakku, Raga kita memang terpisah jauh, bukankah hati kita kan selalu terpaut? Mengulang kenang kebersamaan kita, merangkai mimpi kita masing-masing dan berharap akan ada pertemuan di lain waktu. Kalian tahu, anak-anakku? Semakin jauh aku melangkah, hatiku semakin dekat pada kalian. Aku telah jatuh cinta sejak pertama kali kita bersama. Anak-anakku, Kita memang tidak lagi bersama seperti sebelumnya, akan banyak perbedaan dalam menjalani hari. Pertemuan yang rutin terjadi akan berubah menjadi pertemuan yang entah kapan akan terulang. Namun percayalah, aku tetap menyimpan kisah kebersamaan kita dengan baik di hati. Kisah kebersamaan kita tidak akan mampu dirusak oleh jauhnya jarak yang membentang, ataupun usia yang semakin menua. Ia akan tetap ada, karena aku mendidik kalian dengan cinta, ya, aku telah jatuh cinta sejak pertama kita berjumpa. Anak-anakku, Tahukah kalian, aku menangis, saat tahu bahwa kita akan berpisah. Aku memang sengaja pura-pura

Dirgahayu (Ku) Indonesia

Foto bersama pengurus masjid dan panitia amaliah Ramadhan  17 Agustus 2014 Setelah mengikuti tes masuk pascasarjana UIN Malang, saya kembali ke Purwokerto, kembali ke sekolah, bertemu dengan anak-anak, bertemu dengan para santri di Pesantren Mahasiswa Masjid Fatimatuzzahrah, bertemu para jamaah Mafaza dan tentu saja kembali menikmati lezatnya sajian mendoan yang dibuat khusus oleh Bu Darmaji, seorang Ibu yang sejak satu tahun terakhir begitu dekat dengan kami yang merupakan anak-anak masjid. Beliau selalu bangga melihat kebersamaan kami. Ada rasa bahagia bisa kembali ke Kota Satria ini, mengulang kenang tiga tahun kebersamaan. Ada banyak kisah yang tidak bisa dikisahkan, ada banyak tawa yang tidak bisa diruntut, ada banyak air mata yang tidak bisa dibagi, semua menyatu menjadi satu kesatuan, membentuk satu kisah bahagia. Saya bahagia, bisa berada di lingkungan yang begitu baik, lingkungan yang membuat saya semakin bisa mengembangkan diri. Hari ini, tepat 25 tahun umur saya

Bertemu Orang-orang Hebat

Teman satu kamar waktu di rumah singgah pascasarjana UIN Malang 13 Agustus 2014 Di dalam kampus pascasarjana, ada guest house yang disediakan oleh pihak kampus. Saya belum langsung memesan kamar, belum bertanya lebih lanjut tentang harga dan fasilitas yang tersedia, karena ingin berkeliling kota terlebih dahulu sampai esok hari. Perjalanan saya semakin panjang, sedari siang sampai lepas isya, saya pergi menempuh perjalanan sekian jauh untuk mengenal keindahan kota malang baik kala siang maupun malam. Malang adalah kota yang cantik dan teduh. Saya mulai jatuh cinta dengan kota ini. Jarum jam di tangan sudah menunjukkan pukul sembilan malam, setelah seharian berkeliling ke berbagai macam tempat, saatnya untuk kembali, mencari tempat untuk istirahat. Dari masjid alun-alun kota saya kembali ke masjid Universitas Muhammadiyah Malang, namun sudah gelap, tidak ada tanda-tanda kehidupan di masjid ini. Tidak ada terlihat aktifitas jamaah di dalam masjid, semua sudah gelap. Ada tiga or

Selamat Pagi Malang

Salah Satu Gedung UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 12 Agustus 2014 Bus sudah memasuki Kota Malang yang dingin, kami berhenti di terminal Arjosari. Berdasarkan informasi yang saya dapat melalui internet, saya masih harus naik angkot dengan tulisan AL untuk bisa sampai ke UIN Maulana Malik Ibrahim, dimana mimpi sejak sekian lama telah  saya ukir. Mimpi untuk bisa belajar di UIN Maliki memang sudah mendarah daging. Padahal, saat kuliah sarjana dulu, saya tidak pernah akan mengira untuk bisa sejauh ini melangkah. Namun inilah kehendak Tuhan, Ia dengan mudah memindahkan tempat kita untuk berjuang. Saya menghirup udara segar di kota yang benar-benar baru. Saya belum mengenal siapapun di kota ini, ini adalah kedatangan saya yang pertama kali di kota ini, dan semoga saya bisa bertahan demi sebuah impian. Perjalanan demi perjalanan yang saya lalui selalu mengajarkan banyak hal, bertemu dengan orang-orang baru dengan latar belakang budaya yang berbeda, dan itu semua mengajarkan saya a

Mundur Untuk Melangkah Maju

di depan gedung pascasarjana UIN Malang 11 Agustus 2014 “Apa lagi yang kamu cari, bukankah kamu sudah berada di tempat yang baik, rekan kerja yang baik dan juga anak-anak yang selalu kamu banggakan? Bukankah itu adalah karunia yang seharusnya kamu syukuri, bukan malah pergi meninggalkan kenyaman yang sudah ada.” Ucap seorang sahabat saat saya mudik Idul Fitri kemarin. “Bukan saya tidak mensyukuri nikmat yang selama ini telah Tuhan berikan, bukan itu maksud saya. Saya hanya ingin kembali mengenyam pendidikan tinggi di jenjang selanjutnya, melanjutkan mimpi-mimpi yang sejak lama saya rajut dengan cinta. Saya telah menyiapkan ini sejak lama. Saya pergi bukan karena tidak nyaman dengan apa yang selama ini saya dapatkan, Saya hanya ingin belajar di tempat yang lebih baik, menyiapkan diri untuk pengabdian selanjutnya dengan baik.” Untuk beberapa saat, kami sama-sama diam, kemudian menatap langit malam yang semakin kelam. Saya menghirup dinginnya udara malam yang berembus, sementa

Usaha dan Doa

Usaha dan Doa adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa mendapatkan impian-impian yang telah lama kita rajut hanya dengan berpangku tangan, diam di tempat, dan tidak melakukan apa-apa untuk meraih impian. Usaha yang terbaik, diiringi dengan khusyu’nya doa kepada Allah SWT adalah dua hal yang seharusnya tidak dilupakan. Manusia hanya memiliki sedikit kemampuan bila dibandingkan dengan kuasa Allah SWT. Manusia hanya memiliki sedikit pengetahuan, bila dibandingkan dengan ilmu Allah SWT. Itulah mengapa, dalam meraih impian perlu adanya doa, berupa permohonan kepada Allah SWT atas apa yang kita inginkan. Doa inilah yang kadang terlupakan oleh kita dalam meraih impian. Acapkali kita berusaha sedemikian keras, namun lupa untuk memohon kepada Tuhan Yang Mahaesa, dimana Dialah sebenarnya yang berkuasa atas apa yang kita inginkan. Kadang, apa yang kita impikan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Kadang, apa yang kita harapkan tidak serta merta sama dengan apa

Ayah

Ayah tipe orang yang sangat hemat dalam berucap. Setiap kali mudik pas lebaran, beliau tidak akan banyak berbincang dengan saya. Dalam diamnya, saya tahu, Ayah sangat menyayangi kami anak-anaknya. Saya tahu bagaimana ia bekerja sedemikian keras demi kami anak-anaknya yang terkasih. Biasanya, saya dan Ayah berbincang selepas maghrib di ruang tamu, ditemani Ibu dan juga adik-adik yang sudah semakin besar. Jangan harap akan banyak basa-basi dari Ayah, beliau hanya akan bertanya pertanyaan standar setelah lama tidak bertemu, misal, “Bagaimana perjalanan dari Jawa ke Bengkulu?” “Bagaimana pekerjaan dan rencana studi S2-mu?” Dan lain-lain, setelah itu biasanya Ibu yang lebih banyak berbicara, sedangkan Ayah hanya menjadi pendengar yang baik, dan tentu saja ucapan beliau selalu saya dengarkan dengan baik. Ayah dan Ibu memang dua orang yang berbeda dalam hal bagaimana berkomunikasi dengan anak-anaknya. Ibu paling aktif berbicara, sedangkan Ayah tipe yang sangat hemat dal