Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2012

Taare Zameen Par

Every child is Special Sebenarnya saya sudah lama menonton film ini, kurang lebih 6 atau 7 bulan yang lalu, akan tetapi kemarin pada saat workshop guru-guru ditayangkan film ini, dan saya yang dulu nonton film ini penuh dengan air mata, hari itu juga saya kembali meneteskan air mata, meski saya coba untuk tahan, ingin rasanya teriak tapi malu dengan guru-guru yang lain he he. Film ini menceritakan seorang anak yang bernama Ichsan yang menderita dyslexia (sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis). Keadaan ini diperparah oleh perlakuan lingkungan yang selalu menyudutkannya, sering dikatakan ‘bodoh', ‘malas' dan kata-kata yang tidak layak diucapkan lainnya. Saya tidak akan berbicara panjang lebar mengenai film ini, silahkan tonton filmnya dengan cara membeli DVD aslinya ya (kalo mau copy file filmnya sama saya juga boleh) #senyum. Film ini benar-benar sudah membuat saya

non-violence education

 ...{Kediri} Ayah seorang siswa menghajar seorang Guru di depan kelas... ...{Pati} Seorang Ibu Guru menghukum murid-muridnya yang tidak mengerjakan PR dengan menusukkan paku yang dipanaskan ke tangan siswa... ...{Bengkalis} Seorang Guru SD menghukum muridnya dengan lari keliling lapangan dalam kondisi telanjang bulat... ...{Yogyakarta} Karena tidak berbusana kartinian, seorang siswa SMU ditelanjangi di hadapan rekan-rekannya hingga tinggal mengenakan celana dalam... Peristiwa-periwstiwa di atas menggambarkan betapa kekerasan sudah merajalela dalam dunia pendidikan. Pertanyaannya adalah, mengapa semua itu bisa terjadi ? Selama ini, pendidikan di tanah air terlalu menekankan pada aspek kognitif saja, dan kurang memperhatikan pada aspek afektif. Padahal aspek afektif mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan. Salah satu caranya adalah dengan mengintrodusir "budaya damai" (culture of peace) dalam pendidikan. Dan ini bisa dikembangkan dengan menerapkan pendidikan tanpa keker