Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2013

Mencintai

Mungkin aku hanya ditakdirkan untuk “mencintai”, bukan “dicintai” apalagi mencintai dan dicintai. Aku hanyalah seseorang yang terlalu sering mencintai, tanpa pernah merasakan indahnya dicintai. Atau apakah aku terlalu takut dengan sesuatu yang baru? Seperti ketika ada seseorang yang memberi perhatian lebih dalam hidupku. Kadang aku lelah, jika terus harus mencintai, tanpa pernah dicintai oleh seseorang yang kucintai. Aku adalah pangeran cinta yang hanya memiliki sebelah sayap cinta yang tidak bisa membawaku terbang menuju cinta. Aku hanya sendiri, bergelimang cinta yang tidak pernah berhasil berlabuh ke hati seseorang yang bisa mencintaiku layaknya cinta yang kumiliki. “Itu karena kamu terlalu pemilih, Mas,” ucap salah seorang sepupuku. Aku? Pemilih? Aku bahkan tidak memiliki pilihan. Adakah wanita di hadapanku yang siap untuk kupilih? Tidak ada. Kalian salah jika mengatakan bahwa aku adalah seorang laki-laki yang terlalu pemilih dalam mencari pasangan hidup. Aku bahkan tida

Dear Dad

Ayah, aku sengaja menuliskan ini semua, rasa yang sejak lama menyesakkan dadaku. Kadang aku hanya bisa terdiam, saat aku merasakan sesak yang tak berujung. Ayah, akhir-akhir ini aku sering menangis seorang diri, bertemankan gelap malam. Ayah tidak pernah tahu itu semua. Ayah, aku sangat menyayangimu, sama seperti sayang yang telah ayah berikan padaku selama ini. Terimakasih, Ayah. Ayah, maaf, jika aku sering membuat ayah marah; dengan sikapku yang kadang tidak hormat padamu, dengan bahasaku yang kadang jauh dari kata sopan, dengan tatapanku yang kadang penuh kebencian pada ayah. Tapi, aku ingin ayah tahu bahwa aku tidak pernah benar-benar membencimu. Aku tidak pernah benar-benar marah padamu. Aku tidak pernah benar-benar ingin pergi menjauh darimu. Ayah, aku tahu betapa ayah merindukan sosok Ibu yang dulu selalu menemani hari-hari kita. Senyum ibu selalu hadir di dalam rumah kita ini. Aku mengerti akan perasaan yang ada di dalam hati ayah. Tapi, ada aku di sini, Yah. Aku b

Ayah/Ibu, Temaniku Tumbuh

Ayah/Ibu….. Aku tahu betapa besar tanggung jawabmu Aku tahu apa yang engkau lakukan adalah untukku Aku tahu sebenarnya engkau tidak pernah benar-benar membenciku Aku tahu bahwa sebenarnya engkau tidak pernah benar-benar menjauhiku Tapi…mungkin kadang engkau lupa bahwa; Aku ingin hadirmu dikala aku sedang butuh seseorang untuk bercerita Aku ingin adamu saat aku sedang dirundung masalah Aku ingin engkau selalu ada untukku Maaf, jika aku belum bisa menjadi anak yang baik Aku sedang berusaha untuk itu Bantu aku tumbuh menjadi anak yang engkau dambakan Temaniku aku, Ayah/Ibu. Sabtu, 16 Maret 2013 Seperti biasa, anak-anak menjabat tangan saya, tersenyum, kemudian mengucapkan salam. Saya menjawab salam mereka sambil tersenyum. Saya menanyakan kabar mereka, apakah mereka sudah shalat duha atau belum. Jika ada yang belum melaksanakan shalat duha, maka saya akan memersilahkan mereka untuk segera shalat. Bagi yang sudah melaksanakan shalat duha, saya berikan p

Sang Juara Yang Rendah Hati

Dok. SMP Al Irsyad Purwokerto Santun, pendiam, murah senyum, sedikit pemalu dan cerdas, itulah ciri khas dari sosoknya. Perawakannya yang santun membuat dia dicintai oleh kawan-kawannya. Ia baik, tidak banyak tingkah dan apa adanya. Selukis senyum selalu ada di wajah mungilnya.             Fauzan Andika Setiaji, itulah nama lengkapnya. Saya biasa memanggilnya Fauzan. Ia adalah putra kelahiran Banyumas, 21 Maret 1999. Ia lahir dari seorang ibu yang bernama Mujia Astuti. Ayahnya bernama Setiono. Ia anak kedua dari dua bersaudara.             Fauzan adalah seorang satria sejati. Ia adalah satria yang rendah hati dengan banyak prestasi. Coba lihat wajahnya, tidak ada raut wajah kesombongan di wajahnya, melainkan hanya senyum tulus yang menghiasi wajah mungilnya. Fauzan adalah sang juara yang tidak sombong.             Jika melihatnya pertama kali, kalian tidak akan tahu bahwa dia adalah seorang pemenang di berbagai macam ajang lomba taekwondo. Saya mengenalnya hampir dua t

Arti Idola

“Tidak ada teladan sebaik Rasulullah Saw. Barang siapa yang meneladani Rasulullah, maka dia akan menjadi teladan bagi orang-orang yang ada di sekelilingnya.” Apakah kalian mengidolakan seseorang? Penyanyi? Aktor? Pemain bola? Atau mungkin yang lain. Coba perhatikan anak-anak zaman sekarang, lihatlah bagaimana mereka mengartikan “idola”, lihatlah bagaimana mereka melakukan banyak hal demi sang idola. Percaya atau tidak, ada orang yang menangis histeris saat melihat idolanya berada di hadapannya. Ada yang rela berdesak-desakan demi bersalaman dengan sang idola. Ada yang rela datang ke pertujukan sang idola, meski jarak yang ditempuh cukup jauh. Itulah yang terjadi pada anak-anak zaman sekarang.             Coba perhatikan di stasiun televisi, di acara musik, ada banyak anak-anak remaja yang menangis, berteriak histeris saat bertemu dengan idolanya. Ada juga yang bergaya layaknya sang idola, mulai dari gaya rambut, gaya berpakaian, dan lain sebagainya.             Seingat s

Seharusnya

Ironis memang, ketika mengetahui generasi muslim lebih paham biograpi penyanyi favoritnya dari pada biografi nabinya.   Ironis memang, ketika melihat generasi muslim lebih memilih terlambat shalat dari pada terlambat menonton pertandingan sepakbola.   Ironis memang, ketika mengetahui bahwa berbicara tentang sang idola lebih menarik bagi generasi muslim ketimbang menghabiskan waktu membacai kalam Allah. Ironis memang, ketika cinta kepada Tim sepakbola kesukaannya melebihi kecintaan kepada Allah Swt yang selalu bermurah hati memberi anugerah. Ironis memang, ketika generasi muslim memilih untuk acuh dan menjauh saat adzan berkumandang, bukan malah berhenti dari aktifitas dan bersiap diri menghadap Allah Swt. Ironis memang, ketika generasi muslim rela bangun malam demi melihat pertandingan sepakbola, namun enggan bangun malam demi bersujud di hadapan Allah Swt.   Sungguh, seharusnya kecintaan kepada makhluk tidak melebihi kecintaan kepada Allah Swt, Tuhan yang telah mencip

Rumah Baca Satria

Hallo Kakak-kakak semuanya…. Selamat berakhir pekan, ya. Di pagi yang cerah ini, saya ingin berbagi bahagia, bukan berbagi uang gajian di awal bulan, ya hehe. Baiklah, jadi ceritanya begini, saya itu sedang berusaha mendirikan “Rumah Baca Satria”. Rumah Baca Satria adalah rumah baca yang saya peruntukkan untuk anak-anak panti asuhan, anak-anak jalanan, dan juga untuk umum. Mengenai namanya, mengapa saya memberi nama “Rumah Baca Satria”? Satria sendiri saya ambil dari nama Kota Purwokerto “Kota Satria”, jadilah nama rumah baca yang ingin saya dirikan menjadi “Rumah Baca Satria”. Sebenarnya ide untuk mendirikan rumah baca ini sudah sejak lama, tapi karena kesibukan (baca: sok sibuk J ), sempat terlupakan sejanak. Dan akhir-akhir ini, saya sudah memulai kembali kunjungan ke panti-panti, pesantren, atau hanya sekedar mendongeng di pinggir kali bersama anak-anak yang ada di desa-desa yang saya singgahi. Ada bahagia, tiap kali melihat anak-anak hanyut dalam bacaan mer