Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2012

Wasiat Cinta

Aku sedang duduk di ruang tamu, menikmati sore dengan segelas teh hangat dan sepiring kecil mendoan. Seseorang mengetuk pintu rumahku. Suara salam itu bisa kudengar dengan baik. Suara itu mengingatkanku pada seseorang. Aku berjalan menuju pintu depan sambil mencoba  untuk mengingat siapa pemilik suara itu. Suara yang sudah sering kudengar, sepertinya aku tahu pemilik suara itu. Kubuka pintu secara perlahan, kulihat seseorang sedang memegang tangan putri kecilnya, sambil memegang tas berwarna putih berukuran sedang. Ia memakai baju gamis panjang berwarna orange, memakai jilbab yang senada dengan warna gamisnya. Andita, dialah wanita yang dulu pernah mengisi relung hatiku. Kemudian dia pergi membina rumah tangga dengan Raka Sahabatku. Aku menjawab salam darinya, kemudian mempersilahkan dia dan putri kecilnya masuk ke ruang tamu. “Dita, sudah lama sekali kita tidak bertemu. Aku masih tidak percaya yang ada di depanku ini adalah kamu, Andita” ucapku. Dia tersenyu

Air Mata Cinta Hanisah

Menikah, perempuan mana yang tidak ingin menikah? Menjalani hidup dengan seseorang yang disebut Suami, berbagi suka maupun duka, saling melengkapi kekurangan masing-masing, dan menjadi seorang Ibu. Begitu pun dengan diriku, diumurku yang sudah tidak muda lagi, aku menanti hadirnya seseorang yang akan meminangku, menjadikanku tambatan hatinya, menjadikanku permaisuri dalam bahtera rumah tangganya. Tidak bisa kupungkiri, kadang aku bertanya kepada Tuhan, siapa jodohku Tuhan? Mengapa begitu lama hati ini Engkau biarkan kosong ?  Izinkan aku mengetahui siapa kelak yang akan menjadi suamiku, agar aku tidak perlu risau. Aku tidak ingin menjadi tuna cinta Tuhan. Tapi, kembali aku menyadari bahwa Tuhan sudah memilihkan seseorang yang akan menjadi suamiku, dan aku mempercayai itu. Dan Kami menciptakan kalian berpasang-pasangan. (QS. An-Naba’ [78] : 8) * Bapak memanggilku, mengajakku berbicara tentang seseorang yang ingin datang ke rumah. Seseorang yang ingin mengenalku lebi

Taman Surga

Buku-buku itu kini mulai usang dan berdebu. Satu persatu kubuka, kubaca, dan kukenang kembali. Semua itu adalah buku pribadiku, tidak ada seorang pun kuizinkan untuk membacanya. Dia menyimpan begitu banyak cerita tentangku. Tentang malam yang dingin kala hujan membasahi bumi, tentang kepingan rindu yang tak sanggup kusatukan kembali, tentang air mata yang menemani hari-hariku, tentang tekad yang menguatkanku, tentang mimpi-mimpi yang ingin kuraih, tentang sahabat yang membuat hidupku lebih berwarna, dan tentangnya yang kusebut dengan cinta. 7 Mei 2001 Hari ini aku duduk di pematang sawah, memberi makan bebek-bebek peliharaan Ayah. Menunggu siang berganti malam, menunggu matahari bergantikan  redupnya sinar rembulan. Ditemani rumput-rumput yang mulai meninggi, dan suara gemuruh air yang mengalir di siring sawah. Teman-temanku sudah sibuk kesana-kemari mendaftar ke sekolah impian mereka. Melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, masuk ke sekolah menengah pertama favori

Mengarus Senja

Aku duduk di pinggiran sungai, menjentikkan jari-jariku di atas air, melemparkan batu-batu kecil ke tengah sungai. Melihat betapa besar kuasa-Nya, betapa indah ciptaan-Nya. Batu-batu besar yang tersebar di sepanjang sungai, pepohonan rindang yang berjejer rapi di pinggir sungai, burung-burung yang berkicau merdu, semua hanyalah bagian kecil dari keindahan yang telah Ia berikan kepada makhluk-Nya. Di bagian hilir, beberapa warga sedang menikmati kejernihan air sungai, mandi, mencuci baju, dan mengangkut air ke rumah dengan ember-ember berukuran sedang. Suasana yang sejuk, indah, dan menenangkan. Rasa syukur tak henti-hentinya kupanjatkan atas segala yang telah Ia berikan. Ibu menghampiriku, duduk di sampingku, dan mengelus rambutku dengan penuh kasih sayang. Kami hanya diam melihat keagungan Tuhan, hanyut dalam pikiran masing-masing. Ibu membawa segelas air putih, kemudian memberikannya kepadaku. “Kamu merindukan Bapak?” tanya Ibu, sambil melihat ke arahku. Siapa yang t