Skip to main content

Seluas Bahasamu, Seluas Itu Pula Duniamu


Bagi yang pernah berpergian ke suatu tempat, dimana bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak bisa dipahami, tentu akan menyadari betapa pentingnya bahasa sebagai alat untuk komunikasi antara satu sama lain. Inilah sebuah keajaiban, dimana masing-masing Negara bahkan daerah memiliki aneka ragam bahasa yang memiliki ciri khas tersendiri. Di Bengkulu terdapat berbagai macam bahasa yang digunakan, masing-masing Kabupaten bahkan memiliki ragam bahasa tersendiri yang tidak semuanya saya pahami.
Berbicara di ruang lingkup yang lebih besar, saat pertama kali belajar di tanah Jawa, saya seperti orang asing yang datang dari dunia antah berantah, yang sama sekali tidak paham tentang bahasa yang mereka gunakan, yakni bahasa Jawa. Lantas bagaimana akhirnya saya bisa sedikit mengerti tentang bahasa Jawa? Meski sampai hari ini saya hanya sebatas paham dan tidak bisa mengucapkannya. Adanya kebiasaan mendengar tentu memiliki peran penting di dalam perkembangan kemampuan seseorang di dalam memahami suatu bahasa.
Berbicara di skala yang lebih besar lagi, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris adalah dua bahasa Internasional yang cukup mendominasi dunia, meski saat ini Bahasa Inggris yang lebih populer di dunia. Bagi umat Islam, tentu sangatlah penting mempelajari bahasa Arab, karena Al Quran menggunakan bahasa Arab, dan tentu akan sangat membantu jika seseorang bisa memahami kandungan ayat-ayat Allah dengan kemampuan bahasa yang ia miliki dan itu akan menambah keimanan seseorang tentang indahnya kandungan ayat-ayat Allah SWT.
Belajar bahasa Internasional tentu menjadi bekal yang bisa dibilang wajib untuk kita dalam mengepakkan sayap kita. Semakin luas bahasa yang kita kuasai, maka semakin luas dunia kita, dunia yang bisa kita genggam. Dengan kemampuan bahasa yang demikian baik, kita bisa menjelajah ke berbagai macam tempat tanpa perlu takut akan orang-orang yang berusaha menjebak kita dengan bahasa yang mereka gunakan, karena kita bisa memahami apa-apa yang mereka ucapkan. Kita bisa belajar banyak dengan membaca literatur-literatus berbahasa asing.
Setidaknya, ada salah satu bahasa asing yang kita kuasai, sebagai bekal bagi kita untuk membaca berbagai macam literatur ilmu pengetahuan. Saat ini yang berkembang pesat tentang ilmu pengetahuan adalah dunia barat, maka dirasa perlu bagi kita untuk bisa memahami bahasa Inggris guna membantu kita mempelajari sumber-sumber ilmu pengetahuan yang mereka gunakan hingga mereka bisa berkembang seperti sekarang ini. Mempelajari bahasa Inggris tentu memiliki peranan penting bagi kita jika ingin memahami metodologi yang digunakan dunia barat di institusi-institusi pendidikan yang mereka miliki. Ketika kita tidak bisa berbahasa Inggris, kecil kemungkinan kita bisa memahami literatur-literatur yang menggunakan bahasa Inggris, karena di Negara Indonesia sendiri, usaha penerjemahan literatur berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia masih sangat minim.
Begitu juga dengan Bahasa Arab, ada jutaan literatur klasik maupun modern yang bisa kita lahap dengan baik, jika kita menguasa Bahasa Arab. Ada sebuah lelucon yang sebenarnya betul, yang ditujukan oleh orang barat bagi-bagi orang-orang Muslim,
“Orang Islam itu memiliki kitab suci, tapi mereka tidak membacanya. Meskipun mereka membaca Al Quran, tapi mereka tidak memahami kandungannya. Andaipun mereka paham, tapi mereka tidak mengamalkannya.”
Benar adanya, dari sekian banyak generasi Muslim, tidak lebih dari 10 % yang bisa memahami ayat-ayat Allah SWT. Untuk bisa memahami tentu saja harus memiliki kemampuan berbahasa Arab yang baik dan benar disertai dengan kemampuan ilmu-ilmu penunjang yang lainnya.
Kembali kepada pentingnya berbahasa, saya baru menyadari pentingnya Bahasa Arab saat menjadi mahasiswa Pasca sarjana, sekian banyak literatur yang ada di perpustakaan yang menggunakan bahasa Arab tidak mampu untuk saya pahami. Menyentuhnya saja sudah terasa asing bagi saya, membaca satu halaman saja memakan waktu sekian lama karena ada banyak kosa kata yang tidak saya pahami. Kadang, lebih lama membuka kamus ketimbang membuka kitab yang akan saya baca, karena saya sibuk mencari makna kata-kata yang ada di teks, untuk kemudian dicoba untuk memahami secara utuh maksud dari teks yang saya baca.
Ketika kita pergi ke Negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar, tentu dirasa perlu bagi kita untuk menguasai bahasanya, dengan demikian kita bisa berinteraksi dengan baik dengan masyarakat lokal. Al Jahil akan berkata tentang orang yang berusaha untuk mempelajari bahasa internasional dengan ucapan yang tidak baik, dia akan mengatakan bahwa seseorang tersebut sombong. Tapi Al ‘Aqil akan mengatakan hal yang berbeda, dia akan bangga melihat seseorang yang mencoba untuk menguasai dunia dengan berbagai macam bahasa dunia.
Di masyarakat kita, sering kali seseorang dikatakan sombong, mencari perhatian, lebay, dan masih banyak lagi julukan yang lain, hanya karena ia sedang berusaha untuk bisa berbahasa Internasional. Yang berbicara bahasa Inggris akan dikatakan sok kebarat-baratan, yang berbahasa Arab akan dikatakan sok kearab-araban. Padahal, bahasa akan mudah didapatkan ketika menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan. Kebiasaan berbahasa akan membuat kemampuan kita dalam berkomunikasi akan lebih mudah. Maka perlu adanya sebuah lingkungan yang mendukung seseorang untuk bisa meningkatkan kemampuan berbahasa.
Namun, yang perlu digaris bawahi adalah, perlu melihat situasi dan kondisi, jangan sampai karena semangat dalam berbahasa tertentu, kemudian kita menggunakannya di hadapan orang-orang yang jelas-jelas tidak bisa mengerti apa yang kita ucapkan, misal,  kamu sedang belajar bahasa Arab, kemudian kamu berbicara di hadapan pemulung dengan bahasa Arab, meski tidak menutup kemungkinan ada pemulung yang bisa bahasa Arab. Intinya harus bisa melihat kapan dan dimana seharusnya kita bisa menggunakannya. Di lingkungan kampus, tentu mempraktikkan bahasa internasional, semisal Arab dan Inggris tentu sangat memungkinkan.
Sering kali kita menemukan orang-orang yang cemerlang di suatu bidang, karena terkendala bahasa, ia tidak mampu berbicara di forum-forum internasional, atau malah menggunakan jasa penerjemah. Maka, rasanya memang dirasa penting bagi seseorang, apalagi seorang akademisi untuk bisa menguasai setidaknya bahasa internasional, entah itu Arab maupun Inggris, atau bahasa apapun yang memang menunjang kegiatan akademisnya.
Mengubah pola pikir masyarakat kita akan pentingnya suatu bahasa tidaklah mudah. Maka perlu adanya revolusi cara pandang suatu masyarakat tentang pentingnya mempelajari bahasa-bahasa yang berkembang di dunia. Kita kembali ke masa dahulu, saat Rasulullah SAW. berdakwah, ia memerintahkan sahabatnya untuk mempelajari bahasa-bahasa asing, semisal Persia, Yunani, dan lain sebagainya guna penyebaran Agama Islam ke daerah-daerah di luar Arab. Bahkan, Bahasa Arab pernah menjadi bahasa yang digunakan oleh beberapa Negara di Barat sebagai bahasa pengantar sehari-hari.
Maka sudah saatnya, kita meningkatkan kemampuan kita dalam memahami bahasa-bahasa dunia, agar kita bisa menjejakkan kaki di belahan dunia mana pun, kemudian menegakkan hukum-hukum Allah SWT di muka bumi.

Comments

  1. Semoga sebelum lulus s1 setidaknya udah pinter bahasa inggris,, aamiin :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat bermalam selama kamu berada di Batu. Saya jamin, tempa

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat 119 Alla