Kamu mungkin punya idola, seseorang yang kamu banggakan, yang kamu puja,
dan kamu betul-betul bangga karena menjadi bagian dari fans sang idola. Lantas
bagaimana hukumnya mengidolakan seseorang?
Pengidolaan full kepada seseorang bukanlah sesuatu yang wajar. Bahkan
Rasulullah Saw saja tidak menyuruh umatnya untuk benar-benar 100% meniru
tingkah laku beliau. Rasulullah memberi keleluasaan kepada para sahabat dalam
urusan muamalah (keseharian dalam bisnis, dan inovasi-inovasi dalam bisnis).
Kalo untuk urusan ibadah, semua memang harus sesuai dengan yang dicontohkan
atau diajarkan oleh beliau.
Suatu ketika, saya sedang berada di Bandung Indah Plaza, saya bertemu
dengan remaja-remaja yang membuat suasana Plaza jadi gaduh dan berisik. Saya
mencoba untuk mencari tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi disana, saya
melihat mereka mengenakan kaos dengan gambar coboy junior, ya, coboy junior.
Mereka membawa poster-poster besar, foto-foto sang idola dan masih banyak lagi
pernak-pernik yang lain yang menurut saya aneh.
Saya dekati mereka, seolah-olah ingin merekam kegiatan mereka dengan
camdig yang saya bawa, saya bertanya kepada mereka,
“Beri saya satu alasan mengapa kalian ngefans dengan coboy junior?”
Dengan penuh semangat mereka menjawab, tanpa menunggu jeda satu sama
lain.
“Pintar, Ganteng, Rajin Shalat, Suaranya bagus.” Itulah beberapa alasan
dari mereka, sampai rela berdesak-desakan karena ingin menonton film coboy
junior yang sedang tayang di bioskop. Saya tersenyum, kemudian melanjutkan
keisengan saya,
“Ada satu sosok yang sebenarnya jauh lebih pintar, ganteng, rajin
ibadahnya, dan suaranya juga jauh lebih bagus dari coboy junior,” terang saya.
“Siapa kak?” Tanya mereka bersamaan.
“Nabi Muhammad Saw,” jawab saya sambil tetap tersenyum di hadapan
remaja-remaja yang mengenakan jilbab ini.
Ya Allah, inikah
generasi muslim saat ini?
Ironis memang, ketika melihat generasi
muslim lebih bangga dengan idolanya, ketimbang dengan Nabinya.
Ironis memang, ketika melihat generasi
muslim lebih tahu tentang idolanya ketimbang sejarah Nabinya.
Ironis memang, ketika generasi muslim
rela berdesak-desakkan demi bertemu dengan sang idola, tapi tidak rela berjuang
demi bisa shalat berjamaah.
Ironis memang, ketika generasi muslim
rela bangun malam demi menonton tim kesayangannya bermain, tapi tidak rela
bangun malam demi bersujud di hadapan Allah Swt.
Ironis memang ketika melihat generasi
muslim sampai menangis histeris saat bertemu dengan idolnya, tapi malah
tertawa, bercanda ria saat beribadah kepada Allah swt
Renungkanlah
Pernahkah kalian melihat betapa generasi muslim saat ini begitu memuja
idola mereka, sampai lupa bahwa sebenarnya pada diri kita terdapat anugerah
yang luar biasa, yang bahkan tidak dimiliki oleh orang lain.
Pernahkah kalian melihat seseorang rela mengoleksi gambar-gambar ataupun
setiap benda yang bergambar artis tertentu, meskipun menurut kita benda itu
adalah hal sepele. Hal itu dilakukannya karena mengidolakan artis tersebut.
Mengapa semua itu bisa terjadi? Jawabannya tetap sama, karena mereka lebih
bangga dengan kehebatan orang lain dibandingkan karunia yang sudah allah
anugerahkan pada diri mereka. Mengapa kamu rela melakukan banyak hal demi sang
idola yang belum tentu peduli tentang kamu?
Popularitas tidaklah menunjukkan seseorang itu lebih baik. Jika kamu
punya teman yang popular dan dikenal banyak orang, kenapa dia popular? Karena
dia pandai mengeksplor kemampuan dan keunikan yang dimilikinya. Kita juga sama
dengannya, memiliki kemampuan dan keunikan tersendiri. Tugas kita adalah
menggali potensi diri kita, bukan menciptakannya. Kalo menggali berarti
mengeruk sesuatu yang sudah ada, sesuatu yang sudah Allah tanamkan dalam diri
kita.
Di kesempatan lain, saya kembali bertanya kepada beberapa pria yang
menjadi fans berat cherrybel.
“Beri saya satu alasan, mengapa kalian ngefans berat dengan cherrybel?”
Mereka hanya terdiam dan tidak bisa menjawab sama sekali.
Inilah realita yang terjadi saat ini, dimana generasi muslim mulai lupa
akan Nabinya, dimana generasi muslim lupa akan kitabnya. Al Quran yang
seharusnya dibaca, dipelajari, diamalkan dan diajarkan hanya menjadi penghias
meja belajar, penghias rak-rak masjid, penghias meja, tapi tidak dibaca.
Bagaimana mungkin
engkau menyatakan cinta kepada Allah, jika membaca ayat-ayatnya saja enggan
engkau lakukan?
Bagaimana mungkin
engkau mengaku cinta Nabi Muhammad, jika engkau sendiri tidak mengerti
sunnah-sunnahnya.
Bagaimana mungkin
engkau mengaku seorang muslim, jika shalat saja jarang engkau dirikan?
Ada banyak orang yang menjadi muslim karena kedua orangtuanya muslim.
Ketika ada yang bertanya, mengapa anda muslim? Ya karena bapak dan ibu saya
muslim. Ia hanya menjadi pengekor tanpa paham hakikat dari menjadi seorang
muslim yang seutuhnya.
Ada banyak orang yang hanya menjadi pengikut buta, tidak paham apa-apa
tentang agama yang selama ini menjadi idetitasnya, agama seolah hanya pelengkap
identitas diri, selebihnya hanya tersimpan di dalam dompet.
Bagaimana dengan
kita? Apakah kita benar-benar mencintai Allah?
Ibnul Qayyim Al
Jauziah pernah berkata,
“Kadar kecintaan
seseorang kepada Allah, bisa dilihat seberapa banyak ia membaca Al Quran.”
Artinya, jika sehari kamu hanya membaca satu ayat, maka seperti itulah
kecintaanmu kepada Allah. Jika sehari kamu membaca Al Quran sepuluh ayat, maka
seperti itu jugalah kecintaanmu kepada Allah. Dan selanjutnya.
Rasulullah Saw, bersabda.
“Tujuh Golongan
yang akan dinaungi oleh Allah dibawah Naungan-Nya pada hari yang tidak ada
naungan selain naungan-Nya yaitu; Pemimpin yang adil, Pemuda yang senantiasa
rajin beribadah kepada Allah swt, Laki-laki yang hatinya selalu terpaut dengan
masjid, orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul dan berpisah hanya
karena Allah. Laki-laki yang diajak berzina oleh perempuan yang berkedudukan
tinggi lagi berparas cantik lantas ia berkata “Sesungguhnya aku takut kepada
Allah SWT, Laki-laki yang bersedekah secara sembunyi sehingga tangan kirinya
tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, dan laki-laki yang
senantiasa berdzikir kepada Allah hingga mengalir deras airmatanya”. ( Hadist
Riwayat Bukhari-Muslim )
Apakah kita termasuk dari tujuh golongan yang terdapat di dalam hadis di
atas? Apakah kita adalah seorang pemimpin yang adil? Apakah kita seorang pemuda
yang rajin beribadah kepada Allah? Apakah kita seorang pemuda yang hatinya
selalu terpaut dengan masjid, yang selalu berusaha untuk shalat tepat waktu dan
berjamaah di masjid? Apakah kita termasuk laki-laki yang senantiasa berdzikir
kepada Allah hingga mengalir deras air matanya? Coba renungkan kembali.
Mari terus mendekatkan diri kepada Allah Swt. Berhentilah menjadi pemuja
kehebatan orang lain, sehingga lupa akan potensi yang ada pada diri kita
masing-masing. Bangunlah dari mimpi panjangmu, lakukan sesuatu untuk mewujudkan
semua potensi yang ada pada diri kita. Bangkitlah dari keterpurukan, sujudlah
di hadapan Allah Swt dan semoga cinta kita kepada Allah tetap utuh. Semoga kita
semua menjadi hamba-hamba penghuni surga Allah Swt.
:)
ReplyDelete